DPR Apresiasi Polda Riau, Desak Polri Tindak Tegas Mafia Jual Beli Hutan Lindung

- Redaksi

Wednesday, 11 June 2025 - 19:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anggota Komisi IV DPR RI, Rajiv, memberikan apresiasi kepada Polda Riau atas keberhasilannya mengungkap kasus tindak pidana kehutanan di Kabupaten Kampar. Polda Riau berhasil mengungkap penjualan dan perusakan kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung Si Abu. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen nyata Polri dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia.

Rajiv menekankan kesigapan Satgas Penanggulangan Perambahan Hutan (PPH) dan Ditreskrimsus Polda Riau dalam menangani kasus ini. Penanganan cepat dan efektif ini menunjukkan komitmen Polda Riau dalam mencegah alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan sawit ilegal. Hal ini penting untuk melindungi lingkungan dan mencegah kerugian ekonomi negara.

Perambahan hutan merupakan masalah serius yang tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam keberlanjutan lingkungan hidup. Akibatnya dapat memicu konflik agraria dan kerugian ekonomi yang signifikan bagi negara. Oleh karena itu, Rajiv mendesak agar pelaku perambahan hutan diberikan sanksi tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Ancaman Perambahan Hutan dan Sanksi Hukum

Undang-undang telah mengatur sanksi tegas bagi pelaku perambahan hutan, termasuk ancaman pidana penjara hingga 10 tahun dan denda Rp 7,5 miliar. Rajiv menegaskan perlunya penegakan hukum yang konsisten untuk memberikan efek jera kepada para pelaku. Tidak ada toleransi bagi aktivitas pemanfaatan kawasan hutan tanpa izin.

Meskipun demikian, Rajiv mengakui adanya kelemahan dalam pengawasan. Praktik pemanfaatan lahan berbasis klaim ulayat tanpa verifikasi yang memadai seringkali dimanfaatkan sebagai celah oleh para pelaku perambahan hutan. Hal ini membutuhkan peningkatan pengawasan dan verifikasi yang lebih ketat.

Pentingnya Kolaborasi dan Pemanfaatan Teknologi

Rajiv meyakini bahwa kasus perambahan hutan serupa terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, ia mendorong Kementerian Kehutanan (Kemhut) untuk meningkatkan kerja sama dengan Polri dalam hal pengawasan dan perlindungan hutan. Pentingnya kolaborasi antar lembaga untuk melindungi hutan Indonesia seluas 120,6 juta hektar.

Baca Juga :  PSI Buka Pendaftaran Calon Ketua Umum, Nama Jokowi Disebut Sebagai Inspirasi

Indonesia kehilangan ratusan ribu hektar kawasan hutan setiap tahunnya akibat perambahan dan konversi ilegal. Sebagian besar konversi ini ditujukan untuk perkebunan. Pemanfaatan teknologi, seperti pemantauan satelit, sangat krusial untuk meningkatkan pengawasan dan mendeteksi dini aktivitas perambahan hutan.

Peran Komisi IV DPR RI dan Rekomendasi ke Depan

Komisi IV DPR RI menyatakan dukungan penuh terhadap upaya penegakan hukum untuk pelestarian hutan. Namun, selain penegakan hukum yang tegas, Kemhut juga perlu meningkatkan pengawasan dengan memanfaatkan teknologi. Pemantauan satelit dan peningkatan efektivitas Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di setiap daerah sangat penting.

Rajiv juga menekankan pentingnya memastikan keberadaan dan efektivitas KPH di setiap daerah. KPH memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengelola hutan di tingkat lokal. Polri juga harus tetap tegas dalam menindak pelaku perambahan hutan di seluruh wilayah Indonesia. Penegakan hukum yang konsisten dan pengawasan yang ketat merupakan kunci untuk melindungi hutan Indonesia.

Baca Juga :  Anak 10 Tahun di Ponorogo Menunggu Jasad Ibunya Selama 3 Hari, Sempat Minta Bantuan Kepada Gurunya

Informasi Tambahan: Jenis-jenis Perambahan Hutan

Perambahan hutan di Indonesia memiliki berbagai bentuk, termasuk pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, penebangan liar, dan pertambangan ilegal. Masing-masing bentuk perambahan ini memiliki dampak yang berbeda terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Perlu strategi khusus untuk mengatasi masing-masing jenis perambahan tersebut.

Perlu juga perhatian khusus terhadap dampak sosial ekonomi dari perambahan hutan, termasuk penggusuran masyarakat adat, kerugian mata pencaharian, dan konflik lahan. Pendekatan terintegrasi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal, pemerintah, dan sektor swasta, sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah perambahan hutan secara efektif dan berkelanjutan.

Pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian hutan juga tidak boleh diabaikan. Program edukasi yang efektif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif perambahan hutan dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pelestarian.

Berita Terkait

Resep Ayam Goreng Bawah Gurih
Klarifikasi Info Taspen: Tidak Ada Kenaikan Gaji Pensiunan 2025
UMP DKI Jakarta 2026: Proses, Prediksi, dan Potensi Besarannya
Pemerintah Alihkan Subsidi LPG 3 KG ke DME, Upaya Tekan Ketergantungan Impor
Thailand dan Kamboja Memanas: Ketegangan Perbatasan Memicu Saling Serang!
Update Korban Meninggal Dunia Akibat Banjir dan Longsor di Sumatera
Benarkah 80 Ton Bantuan Hilang di Bener Meriah?
KPAI Bima Kota: Menguatkan Perlindungan Anak Melalui Layanan Cepat dan Terpercaya

Berita Terkait

Tuesday, 16 December 2025 - 16:55 WIB

Resep Ayam Goreng Bawah Gurih

Monday, 15 December 2025 - 17:02 WIB

Klarifikasi Info Taspen: Tidak Ada Kenaikan Gaji Pensiunan 2025

Monday, 15 December 2025 - 14:28 WIB

UMP DKI Jakarta 2026: Proses, Prediksi, dan Potensi Besarannya

Sunday, 14 December 2025 - 16:19 WIB

Pemerintah Alihkan Subsidi LPG 3 KG ke DME, Upaya Tekan Ketergantungan Impor

Saturday, 13 December 2025 - 15:30 WIB

Thailand dan Kamboja Memanas: Ketegangan Perbatasan Memicu Saling Serang!

Berita Terbaru

Berita

Resep Ayam Goreng Bawah Gurih

Tuesday, 16 Dec 2025 - 16:55 WIB

1500890 Nomor Apa?

Teknologi

1500890 Nomor Apa? Penjelasan dan Keamanan Informasi

Tuesday, 16 Dec 2025 - 14:33 WIB