SwaraWarta.co.id – Survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia yang berusia 15–49 tahun dan sudah menikah memilih untuk menunda atau menghindari kehamilan.
Angka ini menunjukkan adanya perubahan sikap generasi muda terhadap peran ibu dan kehamilan.
Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kesiapan mental, kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karir dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini berbeda dengan semangat Hari Kartini yang biasanya identik dengan perjuangan dan peran perempuan.
Untuk mengatasi hal ini, Junita, Brand Group Manager Prenagen, meluncurkan kampanye bertajuk “Siapa Takut Jadi Ibu!”.
Kampanye ini bertujuan mengajak perempuan untuk melihat kehamilan dan peran ibu dari perspektif yang baru dan lebih positif.
Junita juga mengajak generasi milenial untuk mengubah stigma negatif yang masih ada dan mendukung perempuan dalam menjalani kehamilan dengan lebih percaya diri.
Menurutnya, kehamilan bukan hanya soal proses biologis, melainkan juga melibatkan banyak dinamika emosional, tekanan sosial, dan pertimbangan pribadi yang sering tidak terlihat.
Sayangnya, banyak perempuan yang merasa dituntut untuk siap menjadi ibu secara instan, tanpa diberi ruang untuk beradaptasi dan memahami proses transformasi ini secara menyeluruh.
“Sayangnya, banyak perempuan yang masih dituntut harus siap secara instan tanpa ruang untuk beradaptasi. Serta, memahami betul transformasi ini secara menyeluruh ataupun jujur terhadap keraguan dan ketakutan yang mereka rasakan,” ujar Junita.
Psikolog Keluarga Samanta Elsener menjelaskan bahwa perjalanan menjadi ibu sering kali penuh dengan tantangan yang jarang dibicarakan secara terbuka. Banyak perempuan merasa perlu menyembunyikan perasaan mereka karena tekanan sosial.
Padahal, rasa takut atau merasa tidak siap menjadi ibu adalah hal yang wajar. Yang dibutuhkan adalah ruang untuk memproses perasaan tersebut dengan jujur dan tanpa penilaian.
Menurut Samanta, kehamilan seharusnya dijalani dengan kesadaran penuh, bukan sendirian. Oleh karena itu, penting bagi lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan emosional dengan empati.
Kampanye ini juga menekankan pentingnya pemenuhan nutrisi selama periode emas 1.000 hari pertama kehidupan.
Nutrisi yang baik sangat membantu perempuan merasa lebih siap dalam mengambil peran sebagai ibu dan melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas.
“Selain dukungan emosional, kampanye ini juga menyoroti pentingnya pemenuhan nutrisi selama periode emas 1.000 hari pertama kehidupan. Peran nutrisi sangat membantu perempuan merasa lebih siap dalam mengambil peran sebagai ibu dan melahirkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas,” ujarnya.