Rupiah Menguat, Dipicu Cadangan Devisa Negara-SwaraWarta.co.id (Sumber: Freepik) |
SwaraWarta.co.id – Dari perdagangan mata uang, posisi rupiah kembali menguat setelah pada akhir pekan sebelumnya pun menguat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Banyak faktor yang menyebabkan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, salah satunya karena cadangan devisa negara.
Hal ini mengacu pada keterangan Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, yang menyatakan bahwa cadangan devisa Indonesia yang kuat mampu menahan pelemahan rupiah, yang juga sekaligus memberikan dukungan pada nilai tukar rupiah.
Pada penutupan perdagangan di Jakarta, hari Selasa, rupiah kembali menguat tipis sebanyak dua poin atau 0,01 % menjadi Rp15.621 per dolar AS dari penutupan sebelumnya yang mencapai Rp15.623 per dolar AS.
Meskipun pada awal perdagangan, rupiah sempat melemah hingga Rp15.643 per dolar AS. Hal ini cukup menggembirakan meskipun peningkatannya hanya tipis saja.
Kenaikan itu sendiri berdasarkan data domestik, cadangan devisa yang tetap kuat dapat menghentikan pelemahan rupiah lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rully kepada awak media.
Pada akhir November 2023, cadangan devisa Indonesia mencapai 138,1 miliar dolar AS, mengalami peningkatan dari posisi pada akhir Oktober 2023 yang sebesar 133,1 miliar dolar AS.
Jumlah cadangan devisa tersebut tentunya setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa tersebut dianggap sebagai penopang yang solid bagi ketahanan sektor eksternal, serta sebagai faktor pengamankan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Menurut Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2023, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 123,6 dalam zona optimis.
Keteguhan keyakinan konsumen pada November 2023 dipengaruhi oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tetap optimis.
Rully menjelaskan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi oleh penguatan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), pelemahan data ekonomi China, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, dan indeks dolar AS.
Imbal hasil obligasi AS naik menjadi 4,2 persen.
Data tenaga kerja AS untuk lapangan kerja baru non-pertanian (NFP) mencapai 199 ribu, melampaui ekspektasi analis sebesar 188 ribu, sementara tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,7 %.
Pada sisi lain, ekonomi China mengalami deflasi sebesar 0,5 %, mengindikasikan tingkat kelesuan ekonomi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari Selasa mengalami penurunan ke Rp15.631 per dolar AS dari posisi sebelumnya sebesar Rp15.614 per dolar AS.
Ini momentum yang baik untuk bisa kembali menjadikan rupiah mengalami peningkatan di sesi berikutnya.***