Pesan Terakhir Ardiansyah, Korban Meninggal Tabrakan Kereta-SwaraWarta.co.id (Sumber: TribunNews) |
SwaraWarta.co.id – Pramugara KA Turangga, Ardiansyah (30), meninggal dalam kecelakaan kereta api di petak Stasiun Cicalengka-Haurpugur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat, 5 Januari 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelum tabrakan dengan KA Lokal Bandung Raya, Ardiansyah sempat menyampaikan pesan terakhir kepada putra sulungnya, Faiza Hoirul Gibran (7).
Ardiansyah, yang meninggalkan istri Elsi Rosdiana (30) dan dua anak, Faiza dan Bryan (baru berusia dua minggu), memberikan pesan haru pada Faiza sebelum berangkat bekerja.
“Ke anak yang paling besarnya berkata kalau papih kerja, titip bunda ya, jagain bunda,” ungkap Robby Dzulfaqor, kakak ipar almarhum.
Sebelum kejadian tragis itu, Ardiansyah juga sempat melakukan panggilan video dengan sang istri.
Dalam komunikasi tersebut, Ardiansyah berjanji akan pulang secepatnya. “Sempat melakukan video call dan nge-WA pada istrinya, kemarin itu cuma jawab, dia bilang secepatnya aja, Bun. Dia bilang gitu aja,” tutur Robby Dzulfaqor.
Komunikasi tersebut menjadi momen terakhir Ardiansyah dengan istrinya.
Selain pesan terakhir, ada juga perubahan perilaku yang mencolok pada Ardiansyah. Ia menjadi lebih manja dan romantis terhadap Elsi Rosdiana, seperti yang diungkapkan Robby, “Enggak ada yang aneh, cuma kata Mamah, almarhum itu ke istrinya ada yang beda. Lebih manja, romantis.”
Robby menambahkan bahwa Ardiansyah telah dianggap seperti adik kandungnya sendiri.
Ayah dua anak itu tidak hanya memperlakukan keluarganya dengan baik, tetapi juga mertuanya.
“Ke saya sudah seperti kakak kandung, tak ada beda bagi dia apakah kandung atau mertua, sama-sama dia berbuat baik,” imbuhnya.
Kecelakaan KA Turangga meninggalkan keluarga Ardiansyah dalam duka yang mendalam.
Elsi Rosdiana kehilangan suami yang begitu penyayang dan peduli terhadap keluarganya.
Faiza dan Bryan kehilangan sosok ayah yang selalu memberikan nasihat dan kehangatan.
Pesan terakhir Ardiansyah untuk Faiza, agar menjaga ibu dan adiknya, menjadi beban emosional bagi keluarga yang ditinggalkan.
Mereka harus belajar untuk menjalani kehidupan tanpa kehadiran Ardiansyah, yang telah menjadi tulang punggung keluarga mereka.
Perubahan perilaku Ardiansyah sebelum kecelakaan, yang menjadi lebih manja dan romantis, memberikan nuansa sedih dan berat bagi istri korban.
Mungkin, dalam momen terakhirnya, Ardiansyah merasakan keinginan untuk mendekatkan diri pada keluarganya, seolah sudah memiliki firasat sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.
Kisah Ardiansyah mengingatkan kita akan pentingnya setiap momen bersama keluarga.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menghargai orang-orang yang kita cintai, karena tak ada yang tahu kapan kita harus berpisah.
Semoga keluarga Ardiansyah dapat menemukan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi kehilangan ini.
Semoga Faiza dan Bryan tumbuh menjadi anak-anak yang kuat dan bijaksana, membawa warisan kasih sayang dan kebijaksanaan dari sang ayah yang telah tiada.***