China Merugi Akibat Konflik Laut Merah-SwaraWarta.co.id (Sumber: Tribunnews) |
SwaraWarta.co.id – Gangguan di Laut Merah telah merugikan pengusaha China, seperti Han Changming, pendiri Fuzhou Han Changming International Trade Co Ltd.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bisnisnya, yang fokus pada ekspor mobil China ke Afrika dan impor kendaraan off-road dari Eropa, terpengaruh oleh eskalasi di jalur pelayaran global.
Biaya pengiriman kontainer ke Eropa melonjak menjadi sekitar US$7.000 dari US$3.000 pada bulan Desember, menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Han mengungkapkan bahwa gangguan ini telah menghapus keuntungan tipis perusahaannya, sementara premi asuransi pengiriman yang lebih tinggi juga memberikan dampak buruk.
Ketegangan di Laut Merah mengungkapkan kerentanan perekonomian China, yang sangat bergantung pada ekspor rentan terhadap gangguan pasokan dan guncangan permintaan eksternal.
Dengan ekonomi yang sedang melemah akibat krisis properti, permintaan konsumen yang lemah, menyusutnya populasi, dan pertumbuhan global yang lesu, China menghadapi tantangan yang signifikan. PDB China hanya tumbuh 5,2% di tahun 2023, mencapai level terlemah dalam beberapa dekade.
Pabrik yang tutup dan cuti pekerja migran akibat Tahun Baru Imlek pada bulan Februari menciptakan kekacauan tambahan, memperlambat pengiriman barang otomatis bahkan bisa menghadapi kelangkaan.
Han memohon kepada pemasok dan pelanggan untuk menanggung sebagian biaya tambahan guna menjaga kelangsungan perusahaannya.
Ketegangan di Laut Merah disebabkan oleh serangan militan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal, yang menyulitkan perdagangan maritim.
Meskipun serangan dilakukan sebagai protes terhadap serangan Israel ke Gaza, AS dan Inggris menyerang basis Houthi sebagai tanggapan. Namun, kekerasan terus berlanjut.
Laut Merah merupakan rute pelayaran terpendek dari Asia ke Eropa, melalui Terusan Suez.
Beberapa kapal mengubah rute mereka ke jalur Timur-Barat yang lebih panjang, melalui ujung selatan Afrika, Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Ini menambah jadwal pengiriman selama dua minggu, mengurangi kapasitas peti kemas global, dan memutus rantai pasokan.
Beberapa perusahaan logistik melaporkan kekurangan kontainer di pelabuhan Ningbo-Zhoushan, salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Terusan Suez adalah jalur utama pengiriman barang China ke arah barat, termasuk sekitar 60% ekspornya ke Eropa.
Pemerintah China merespons dengan mengajak semua pihak untuk menahan diri dan memprioritaskan keamanan dan stabilitas regional.
Beijing berharap pihak terlibat dapat memulihkan dan menjamin keamanan jalur air di Laut Merah, menjaga kelancaran produksi global, rantai pasokan, serta tatanan perdagangan internasional.
Di tengah ketegangan, seorang pejabat senior Houthi menjanjikan perjalanan aman bagi kapal-kapal Rusia dan China melalui Laut Merah.
Meskipun demikian, ia menekankan bahwa perairan di sekitar Yaman aman selama kapal tidak terhubung dengan negara tertentu, terutama Israel.
Kondisi ini menciptakan tantangan serius bagi perusahaan perdagangan luar negeri, dengan beberapa pesanan mengalami penundaan hingga beberapa minggu.
Situasi ini juga dapat memicu penundaan barang yang dijadwalkan tiba di rak-rak Barat pada bulan April atau Mei, mengingat waktu tambahan yang diperlukan bagi kapal untuk kembali ke tujuan.
Sebagai langkah konkret, pemerintah China berkomitmen untuk memperkuat koordinasi dengan departemen terkait, mengikuti perkembangan terkini, dan memberikan dukungan serta bantuan tepat waktu kepada perusahaan perdagangan luar negeri.***