Iran dan Pakistan Bersitegang-SwaraWarta.co.id (Sumber: IRNA English) |
SwaraWarta.co.id – Pakistan saat ini menghadapi ketegangan tinggi dengan Iran setelah serangkaian serangan dan balasan militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perdana Menteri Anwaar-ul-Haq Kakar mengambil langkah cepat dengan mengadakan pertemuan keamanan darurat bersama para kepala militer dan intelijen.
Pada Selasa malam, Iran meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap sasaran yang disebut sebagai “teroris” di Pakistan, yang menyebabkan dua orang tewas.
Tanggapan cepat dari pihak Pakistan adalah menarik duta besarnya dari Iran dan melancarkan serangan terhadap sasaran militan di Iran pada hari Kamis, menewaskan sembilan orang.
Kondisi ini memaksa PM Pakistan untuk mempersingkat kunjungannya ke Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, menunjukkan seriusnya situasi di wilayah tersebut.
Serangan militer yang jarang terjadi di wilayah perbatasan Balochistan semakin memicu ketegangan regional, yang sudah meningkat akibat konflik Israel-Hamas.
Reaksi internasional terhadap eskalasi konflik ini tidak tergolong ringan.
Amerika Serikat mengajukan permohonan agar kedua negara menahan diri, sementara China menawarkan diri sebagai penengah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memberikan desakan keras untuk “menahan diri secara maksimal” dan menyelesaikan konflik melalui dialog dan kerja sama.
Guterres menegaskan pentingnya menghormati prinsip kedaulatan, integritas wilayah, dan menjaga hubungan tetangga yang baik.
Kondisi semakin rumit dengan pengumuman dari komandan pangkalan pertahanan udara IRGC Khatam al-Anbiya Iran. Iran bersiap untuk perang dengan meluncurkan latihan militer skala besar di tenggara Iran dekat perbatasan dengan Pakistan.
Latihan ini akan mencakup area dari Abadan hingga Chabahar, dengan total luas 600 kilometer persegi.
Brigadir Jenderal Qader Rahimzadeh mengungkapkan bahwa puluhan pesawat berawak dan tak berawak akan terlibat, sementara sistem pertahanan rudal akan diaktifkan untuk menanggapi sasaran udara yang masuk.
Dalam konteks ini, respons internasional semakin mendesak agar konflik diatasi dengan cara damai.
AS dan China, dua kekuatan besar di tingkat global, memberikan sinyal untuk menahan diri dan membuka jalur dialog.
Meskipun demikian, eskalasi latihan militer Iran menyiratkan bahwa situasinya masih sangat rentan terhadap peningkatan ketegangan.
Keberhasilan diplomasi internasional akan menjadi kunci dalam menyelesaikan konflik ini tanpa melibatkan lebih banyak kekerasan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan pentingnya solusi damai melalui dialog, yang diilustrasikan dalam prinsip-prinsip kedaulatan, integritas wilayah, dan hubungan tetangga yang baik.
Terlebih lagi, kondisi di wilayah tersebut dapat memiliki dampak luas, terutama dengan AS dan China yang berusaha memainkan peran sebagai penengah.
Situasi ini memberikan gambaran tentang kompleksitas geopolitik di kawasan tersebut dan menyoroti pentingnya diplomasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Meskipun ada desakan internasional untuk menahan diri, tantangan nyata adalah mencapai kesepakatan yang dapat memulihkan stabilitas dan menghindari lebih banyak konflik di masa depan.***