SwaraWarta.co.id – Imlek bukan hanya momen untuk berkumpul bersama keluarga, tetapi juga perayaan yang penuh dengan tradisi, terutama dalam hal kuliner.
Beragam hidangan lezat disiapkan untuk menyambut Tahun Baru Imlek, dan setiap makanan memiliki makna simbolis yang mendalam.
Salah satu hidangan khas yang selalu ada saat Imlek adalah gyoza atau pangsit. Selain rasanya yang lezat, gyoza juga sarat dengan makna simbolis yang erat kaitannya dengan tradisi budaya Tionghoa.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Makna Filosofis di Balik Gyoza
Bentuk gyoza yang menyerupai uang perak kuno dipercaya melambangkan kemakmuran. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa semakin banyak gyoza yang dimakan saat Imlek, semakin banyak rezeki yang akan datang di sepanjang tahun.
Hal ini sejalan dengan pepatah, “Semakin banyak pangsit yang disantap, semakin banyak uang yang berdatangan.”
Bukan hanya bentuknya, isian gyoza juga memiliki arti penting. Gyoza dengan isian yang padat melambangkan kehidupan yang penuh berkah dan kecukupan.
Sebaliknya, isian yang tipis dianggap membawa pertanda buruk, seperti kemiskinan atau kurangnya keberuntungan.
Simbolisme Tambahan dalam Gyoza
Beberapa gyoza diisi dengan benda-benda khusus seperti benang panjang yang melambangkan umur panjang, atau koin kecil yang melambangkan kekayaan.
Selain itu, cara penyajian gyoza juga memiliki arti. Gyoza yang disusun berjajar melambangkan perjalanan hidup yang terus maju menuju kesuksesan. Sebaliknya, penyajian dalam bentuk lingkaran dianggap dapat menghambat kemajuan.
Dengan tradisi dan simbolisme mendalam di balik gyoza, tak heran jika hidangan ini selalu hadir dalam perayaan Imlek. Selain menggugah selera, gyoza juga menjadi doa dan harapan untuk tahun baru yang lebih baik.