SwaraWarta.co.id – Dalam hal ini, Pemerintah telah menetapkan jadwal libur Ramadan 2025 dengan durasi lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya, yang bertujuan untuk menyeimbangkan aktivitas siswa baik di rumah maupun di sekolah.
Kebijakan ini mempengaruhi banyak pihak, terutama guru dan orang tua, yang harus menghadapi tantangan baru dalam proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo, mengungkapkan bahwa meskipun siswa menikmati libur panjang, beban kerja guru tidak berkurang.
Guru tetap menjalankan tugas mereka meskipun tidak ada kegiatan belajar mengajar di kelas.
Tugas tersebut meliputi persiapan perencanaan pembelajaran, penilaian tugas siswa, serta memastikan agar kurikulum tetap tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Heru menambahkan bahwa meski secara fisik siswa berada di rumah, guru tetap berperan aktif dalam mempersiapkan materi pembelajaran untuk masa depan dan melakukan evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tampaknya tidak ada kegiatan mengajar langsung, pekerjaan guru di balik layar tetap berlangsung.
Selain guru, orang tua juga menghadapi tantangan tersendiri.
Menurut Heru, peran orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka selama libur panjang sangat penting, terutama bagi keluarga yang kedua orang tuanya bekerja penuh waktu.
Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak di rumah dapat membantu memastikan bahwa anak tetap memperoleh pengalaman belajar yang positif dan bermakna, meskipun tidak berada di sekolah.
Heru juga memberikan apresiasi kepada pemerintah yang telah memperhatikan kebutuhan pendidik dan orang tua dalam merencanakan jadwal libur panjang Ramadan ini.
Menurutnya, kebijakan tersebut telah dipertimbangkan dengan matang dan sudah masuk dalam kalender akademik sejak awal tahun, memberikan ruang bagi para siswa untuk beristirahat tanpa mengabaikan aspek pendidikan.
Namun, Heru menyayangkan adanya stigma di masyarakat yang sering kali menganggap guru hanya “makan gaji buta” selama libur panjang.
Ia menegaskan bahwa kenyataannya, guru terus bekerja meskipun tidak ada kelas yang berlangsung, dan masyarakat perlu lebih memahami beban yang mereka tanggung dalam menjalankan tugas pendidikan.
Selain itu, Heru berharap agar orang tua dapat memanfaatkan momen libur Ramadan untuk mendampingi anak-anak mereka dalam menanamkan nilai-nilai religius dan karakter positif.
Libur panjang ini, menurutnya, bisa menjadi kesempatan strategis untuk membentuk sikap dan tanggung jawab anak-anak, serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang penting bagi perkembangan karakter mereka di masa depan.
Dengan adanya libur panjang ini, Heru mengajak orang tua untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kepribadian anak.
Ini adalah waktu yang tepat untuk memperkuat hubungan antara orang tua dan anak serta memberikan pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral dan spiritual.***