SwaraWarta.co.id – Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan pada awal perdagangan hari ini, Jumat, 10 Januari 2025.
Meski demikian, mata uang Indonesia ini tetap menghadapi tantangan dari peningkatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ariston Tjendra, seorang analis pasar uang, menjelaskan bahwa meskipun rupiah mengalami kenaikan, dolar AS masih berada dalam posisi yang dominan di pasar global.
Menurut Ariston, dolar AS saat ini masih menunjukkan kekuatannya dibandingkan dengan mata uang lainnya.
Ia menilai bahwa kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi pasar terhadap data ekonomi AS yang positif.
Data dari Bloomberg mencatat bahwa rupiah mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen atau setara dengan 32 poin.
Dengan demikian, nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp16.185 per dolar AS, lebih baik dibandingkan penutupan perdagangan pada hari Kamis sebelumnya, yang berada di level Rp16.217 per dolar AS.
Ariston juga mencatat bahwa indeks dolar AS pada pagi ini bergerak di kisaran 109,15, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada pagi sebelumnya yang berada di level 109.
Ia menyebutkan bahwa malam ini pasar akan menantikan rilis data penting terkait tenaga kerja AS, termasuk data pekerja non-pertanian (Non-Farm Payrolls), tingkat pengangguran, dan rata-rata upah bulan Desember.
Ia menjelaskan bahwa pasar optimistis terhadap data tenaga kerja AS yang diperkirakan masih menunjukkan hasil positif.
Kondisi ini, menurut Ariston, memberikan dorongan bagi penguatan dolar AS.
Selain itu, ekspektasi pasar terhadap kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump juga turut memberikan sentimen positif bagi mata uang tersebut.
Dalam analisisnya, Ariston menyebutkan bahwa potensi pelemahan rupiah hari ini dapat mencapai level resisten Rp16.250 per dolar AS.
Namun, ia juga mengidentifikasi adanya potensi support di sekitar Rp16.150 per dolar AS.
Penguatan rupiah di tengah dominasi dolar AS mencerminkan adanya sentimen positif di pasar domestik, meskipun tantangan dari eksternal tetap kuat.
Pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh faktor global, terutama perkembangan ekonomi dan kebijakan moneter di AS.
Dengan rilis data tenaga kerja AS yang dinantikan malam ini, pasar diperkirakan akan menunjukkan volatilitas.
Optimisme terhadap ekonomi AS yang solid dapat mendorong penguatan lebih lanjut bagi dolar AS, yang pada gilirannya memberikan tekanan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Meski begitu, penguatan rupiah di awal perdagangan menunjukkan adanya daya tahan yang cukup baik dari mata uang Indonesia di tengah tekanan eksternal.
Para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan data ekonomi global serta kebijakan yang dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar di hari-hari mendatang.
Dalam menghadapi kondisi ini, diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Kolaborasi antara kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia dan langkah-langkah pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global.***