SwaraWarta.co.id – Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam operasional perusahaan, terutama di sektor industri berat seperti PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Tragedi kebakaran tungku smelter feronikel nomor 41 di Morowali Industrial Park pada 24 Desember 2023, yang menyebabkan 59 korban jiwa dan luka-luka, menjadi pengingat pentingnya perhatian serius terhadap penerapan K3.
Artikel ini akan membahas faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menunjang keselamatan dan kesehatan kerja di ITSS, serta langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 yang efektif.
Soal Lengkap:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terjadi peristiwa kebakaran tungku smelter feronikel nomor 41 milik PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan industri Morowali Industrial Park (IMIP) Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Peristiwa nahas itu terjadi pada ahad pagi, tanggal 24 Desember 2023 pukul 16:15 pagi yang sebanyak 59 orang menjadi korban dan 13 diantaranya meninggal dunia, terdiri atas sembilan pekerja Indonesia dan empat pekerja asal China.
Faktor apa yang perlu dipertimbangkan dalam menunjang keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan industri Morowali Industrial Park (IMIP) Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah?
Bagaimana sebaiknya penerapan sistem manajemen K3 pada perusahaan tersebut?
Jawaban:
Faktor-Faktor Penunjang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Pengelolaan Risiko Operasional
Industri pengolahan logam seperti smelter memiliki tingkat risiko tinggi. Oleh karena itu, pengelolaan risiko menjadi hal utama yang harus dilakukan, termasuk:
- Identifikasi Risiko: Memetakan potensi bahaya seperti kebakaran, ledakan, atau paparan bahan kimia berbahaya.
- Penilaian Risiko: Menentukan tingkat bahaya dari setiap risiko yang teridentifikasi.
- Mitigasi Risiko: Mengambil langkah preventif seperti pemasangan alat pemadam kebakaran dan pelatihan evakuasi darurat.
2. Pelatihan dan Kompetensi Pekerja
Keselamatan kerja sangat bergantung pada kompetensi pekerja. Perusahaan harus memastikan bahwa setiap karyawan, baik lokal maupun asing, mendapatkan pelatihan:
- Prosedur Operasional Standar (SOP): Pelatihan tentang langkah-langkah kerja yang aman.
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Pemakaian APD seperti helm, masker, dan sepatu khusus.
- Tanggap Darurat: Simulasi evakuasi dan penanganan kecelakaan kerja.
3. Pemeliharaan Peralatan Kerja
Peralatan industri yang tidak terawat dapat menjadi sumber bahaya. Oleh karena itu, pemeliharaan rutin sangat diperlukan, meliputi:
- Inspeksi berkala pada tungku smelter, instalasi listrik, dan sistem pendingin.
- Perbaikan segera terhadap peralatan yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
- Penggantian komponen yang sudah usang atau tidak sesuai standar.
4. Kebijakan dan Pengawasan Ketat
Perusahaan perlu menetapkan kebijakan K3 yang tegas dan melakukan pengawasan terhadap implementasinya, seperti:
- Pengawasan langsung di lapangan untuk memastikan kepatuhan terhadap SOP.
- Sanksi bagi pelanggar kebijakan K3.
- Audit internal dan eksternal secara berkala.
5. Pengelolaan Kesehatan Pekerja
Selain keselamatan, kesehatan pekerja juga perlu mendapat perhatian, terutama dalam kondisi kerja yang berat dan berisiko tinggi. Langkah-langkahnya meliputi:
- Pemeriksaan kesehatan berkala untuk mendeteksi gangguan kesehatan dini.
- Penyediaan fasilitas medis di lokasi kerja.
- Edukasi kesehatan kepada pekerja.
Penerapan Sistem Manajemen K3 di ITSS
Agar keselamatan dan kesehatan kerja berjalan optimal, perusahaan seperti ITSS perlu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Berikut langkah-langkahnya:
1. Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Pekerja
Manajemen harus menunjukkan komitmen terhadap K3 melalui alokasi anggaran, penetapan kebijakan, dan pemberian penghargaan bagi pekerja yang mematuhi aturan K3.
2. Perencanaan K3
Menyusun rencana kerja yang mencakup identifikasi risiko, sasaran K3, dan langkah mitigasi yang spesifik.
3. Implementasi Program K3
Melakukan langkah nyata seperti:
- Pemasangan rambu keselamatan.
- Penyediaan APD dan fasilitas tanggap darurat.
- Pelatihan rutin bagi seluruh pekerja.
4. Pemantauan dan Evaluasi
Melakukan inspeksi berkala untuk memastikan semua prosedur K3 berjalan sesuai rencana. Jika ditemukan kekurangan, segera dilakukan perbaikan.
5. Tinjauan dan Perbaikan Berkelanjutan
Manajemen harus secara rutin meninjau kebijakan K3 dan melakukan inovasi untuk meningkatkan efektivitas sistem K3 yang ada.
Kesimpulan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) membutuhkan perhatian pada pengelolaan risiko, pelatihan pekerja, pemeliharaan peralatan, kebijakan tegas, dan pengelolaan kesehatan. Tragedi di Morowali Industrial Park menjadi pelajaran penting bahwa penerapan SMK3 yang efektif tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga menjaga keberlangsungan operasional perusahaan.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, ITSS dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh pekerja.