Memahami Alasan Tantrum – SwaraWarta.co.id (Healthline) |
SwaraWarta.co.id – tantrum pada anak-anak selalu memiliki alasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tantrum ini terkait dengan meningkatnya kemandirian mereka dan keinginan untuk mendapatkan perhatian yang mereka inginkan.
Mereka mencapai hal ini tidak hanya ketika kita memberikan apa yang mereka cari, tetapi juga ketika kita memarahi mereka, memperhatikan mereka, berbicara dengan mereka, dan mencoba untuk beralasan dengan mereka, dan lain-lain.
Ketika anak-anak masih kecil, mereka belum memiliki kemandirian untuk melakukan dan mengatur sesuka hati mereka.
Hal ini membuat mereka frustrasi ketika mereka melihat ada hal-hal yang ingin mereka lakukan tetapi tidak bisa mereka lakukan sendiri atau tidak diizinkan untuk dilakukan, dengan “faktor pemberat” bahwa mereka masih belum bisa menjelaskannya dengan kata-kata.
BACA JUGA: Memahami Tantrum pada Anak: Penyebab, Reaksi, dan Cara Mengatasi
Saat mereka sedikit lebih tua, mereka melakukan ini sebagai cara untuk menantang otoritas dan menunjukkan kepribadian mereka sendiri.
Tantrum sering kali terjadi karena anak merasa tidak berdaya atau terhalang dalam upaya mereka untuk mencapai sesuatu.
Frustrasi ini sering kali diekspresikan melalui tangisan, teriakan, atau perilaku agresif lainnya.
Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memahami bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Ini adalah cara bagi anak untuk mengekspresikan perasaan mereka yang belum bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Oleh karena itu, tanggapan yang kita berikan sangat penting dalam membantu mereka belajar mengelola emosi mereka.
Mengabaikan tantrum bukan berarti kita tidak peduli, tetapi memberi anak ruang untuk menenangkan diri.
Namun, penting juga untuk memastikan bahwa anak tahu bahwa kita ada di sana untuk mereka. Misalnya, kita bisa berkata, “Mama di sini kalau kamu sudah siap bicara.”
BACA JUGA: Asal Mula dan Penyebab Tantrum pada Anak Usia Dini
Selain itu, kita bisa membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa mereka sehingga mereka bisa lebih baik dalam mengekspresikan perasaan mereka.
Misalnya, kita bisa mengajarkan mereka kata-kata untuk perasaan seperti “marah,” “sedih,” atau “frustrasi.” Dengan begitu, mereka bisa belajar untuk mengatakan, “Aku marah karena tidak bisa bermain di luar,” daripada langsung tantrum.
Menyediakan rutinitas yang konsisten juga bisa membantu mengurangi frekuensi tantrum. Anak-anak merasa lebih aman dan tenang ketika mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Selain itu, memberi pilihan kepada anak, seperti memilih baju yang akan dipakai atau memilih buku yang akan dibaca sebelum tidur, bisa memberikan mereka rasa kontrol dan kemandirian yang mereka cari.
Ketika anak-anak mulai menantang otoritas seiring bertambahnya usia, penting untuk menetapkan batasan yang jelas namun tetap memberi ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri.
Misalnya, kita bisa memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan dalam hal-hal yang sesuai dengan usia mereka.
Dengan begitu, mereka bisa merasa bahwa mereka memiliki suara dan tidak selalu harus bertindak melalui tantrum untuk didengar.
Pada akhirnya, tanggapan yang penuh pengertian dan kesabaran dari orang tua atau pengasuh akan membantu anak belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
Melalui panduan dan dukungan yang tepat, anak-anak akan belajar bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dan mengekspresikan keinginan mereka dengan cara yang lebih positif dan konstruktif.***