Perjuangan kemerdekaan (Dok. Ist). |
SwaraWarta.co.id – Serupa Maskumambang
Pupuh mengantarkan wejangan hidup
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pupuh dan kecapi membalut nyeri
Menyatu dalam suara genting
Terluka, melukai, luka-luka
Menganga akibat ulah manusia
Terengah-engah dalam tabung dan selang
Aku, seorang petani Bojongsari
Menghidupi mimpi
Baca Juga:
Dipolisikan Usai Hina Jokowi, Butet Kartaredjasa Buka Suara
Dari padi yang ditanam sendiri
Kesederhanaan panutan hidup
Dapat untung
Dilipat dan ditabung
1974 tanah air yang kucinta
Berumur dua puluh sembilan tahun
Waktu yang muda bagi berdirinya sebuah Negara
Lambang garuda
Dasarnya Pancasila
Undang-undang empat-lima
Merajut banyak peristiwa
Peralihan kepemimpinan yang mendesak
Bung Karno diganti pak Harto
Dengan dalih keamanan Negara
Pembantaian enam jendral satu perwira
Enam jam dalam satu malam
Mati di lubang tak berguna
Tak ada dalam perang mahabharata
Bahkan di sejarah dunia
Hanya di sejarah Indonesia
Pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati
Pemimpin otoriter
Rencana pembangunan lima tahun
Bisa jadi rencana pembantaian lima tahun
Di tahun-tahun berikutnya
Perjuangan kemerdekaan Indonesia (Dok. Ist) |
Kudapati penembak misterius
Tak ada salah apa lagi benar
Tak ada hukum Negara
Baca Juga:
Pantun Tua Kelas 5: Bagian Sastra yang Mulai Terlupakan
Pembantaian dimana-mana
Diburu sampai got
Dor di mulut
Dor di kepala,
Diikat tali
Dikafani karung
Penguasa punya tahta
Yang tidak ada
Bisa diada-ada
Akulah sengkon yang sakit
Berusaha mengenang setiap luka
Di dada, di punggung,
Di batuk yang berlapis tuberculosis
Malam Jumat,
21 November 1974
Setiap malam jum’at
Yasin dilantunkan dengan khidmat
Bintang-bintang berdzikir di kedipannya
Baca Juga:
Pantun Muda Kelas 5: Pengertian dan Manfaatnya
Suara-suara binatang melengkingkan pujian-pujian untuk Tuhan
Istriku masih mengenakan mukena
Mengambilkan minum dari dapur
Di kejauhan terdengar warga desa gaduh
‘Adili saja si keluarga rampok itu!’
‘Ya… usir dari kampung ini!’
‘Bakar saja rumahnya!’
‘Betul!’
Dilubang bilik
Ada banyak obor dan petromak menyala
Teriakan tegas
Baca Juga:
Ide Kreatif yang Bisa Diterapkan untuk Memperingati Hari Pahlawan di Sekolah
‘Saudara sengkon,
Saudara sudah dikepung ABRI
Kalau mau selamat menyerahlah
Saudara tidak bisa kabur’
Istriku kaget
‘Kok kamu, kang?’
Kebingungan
‘Demi Allah saya tidak berbuat jahat!’
Masih dalam suara yang sama
‘Kalau saudara tidak mau keluar dalam hitungan tiga
Kami akan mengeluarkan tembakan peringatan
‘Satu! Dua! Ti …’
Secepat yang kubisa
Di pintu,
Ratusan warga mulai melontarkan sumpah serapah
Anjing…babi…bagong…tai…sampah
Segalanya ada di mulut warga
Kata-kata tak mewakili perikemanusiaan
Warga desa bengis seperti serigala
Taka da rasa kasihan
Dari batu sampai bambu
Dari golok sampai balok
DIacung-acungkan ke arahku
Serentak berkata
‘Allahu Akbar’
Batu, bambu dan balok beterbangan ke arahku
‘Saudara-saudara sekalian
Tolong hentikan
Biar pengadilan yang menentukan hukuman’
Aku masih diselimuti kebingungan
Disambut rajia seluruh badan
Kepalaku ditodong senjata laras panjang
Mendekati puluhan ABRI dan Polisi
Ya… gantung saja!’
‘Dasar orang yang tak tahu diri!’
‘Sampah masyarakat!’
Duk! dak!
Aku dikerumuni pukulan warga
ABRI dan Polisi ikut-ikutan menendang
Dor!’
Suara tembakan di langit terdengar sayu
Aku terkapar di tanah
Seorang ABRI menggusurku
Darah dan becek tanah bercampur di rubuh
Aku dilemparkan ke atas bak mobil
Kondisi diantara sadar atau tidak
Selang kejadian
Sesosok tubuh dilemparkan lagi ke atas bak mobil
Kuperhatikan wajah yang penuh luka itu
‘Karta