SwaraWarta.co.id – Imam Al Ghazali, seorang ulama besar dalam catatan Islam, memberikan definisi yang mendalam mengenai akhlak.
Menurutnya, akhlak adalah sifat batiniah yang melekat pada diri seseorang, yang secara alami memunculkan tindakan dan perilaku tanpa perlu paksaan atau perenungan mendalam.
Perilaku ini muncul secara konsisten, mencerminkan keseimbangan antara jiwa, akal, dan syariat Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pandangan Al-Ghazali, akhlak yang baik adalah tindakan yang sejalan dengan ajaran Islam serta akal sehat.
Ia menegaskan bahwa akhlak bukan hanya terbatas pada perilaku lahiriah semata, tetapi juga mencakup integrasi yang erat antara kondisi batin seseorang dan perbuatannya.
Dengan demikian, perilaku yang baik mencerminkan kondisi jiwa yang teratur dan harmonis, sehingga menghasilkan konsistensi dalam setiap tindakan.
Al-Ghazali melihat pembentukan akhlak sebagai proses panjang yang memerlukan kesabaran dan ketekunan.
Ia percaya bahwa akhlak bukanlah sesuatu yang bersifat tetap atau bawaan sejak lahir, melainkan dapat dibentuk, diubah, dan ditingkatkan melalui usaha yang berkelanjutan.
Pendidikan memainkan peran penting dalam proses ini, di mana manusia diajarkan untuk memahami nilai-nilai agama, moralitas, dan kehidupan bermasyarakat.
Menurutnya, pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan mencerdaskan akal, tetapi juga membersihkan hati dan memperbaiki sifat-sifat buruk yang ada dalam diri manusia.
Proses ini melibatkan latihan diri yang konsisten, seperti introspeksi, perbaikan niat, serta pembiasaan diri untuk melakukan amal-amal baik.
Al-Ghazali menganggap bahwa mendidik akhlak adalah salah satu misi utama dalam kehidupan seorang Muslim, karena akhlak yang baik adalah cerminan dari keimanan yang kuat.
Hal menarik dalam pandangan Al-Ghazali adalah anggapannya bahwa akhlak bersifat dinamis.
Artinya, sifat-sifat moral seseorang dapat berkembang seiring waktu melalui pengalaman, pendidikan, dan usaha pribadi.
Ia menganalogikan proses pembentukan akhlak seperti melatih tubuh untuk menjadi kuat dan sehat—diperlukan latihan rutin serta pola hidup yang disiplin.
Lebih jauh lagi, Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak buruk dapat diubah menjadi baik dengan cara yang sama, yaitu melalui upaya yang konsisten dan kesadaran penuh untuk memperbaiki diri.
Dengan demikian, ia menanamkan optimisme bahwa setiap orang memiliki peluang untuk menjadi individu yang lebih baik melalui pengendalian diri dan usaha yang sungguh-sungguh.
Pemikiran Al-Ghazali tentang akhlak tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan moral dan sosial di era modern.
Ia mengajarkan bahwa pembentukan akhlak yang baik tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Seorang individu yang berakhlak baik akan menjadi teladan dalam lingkungannya, menciptakan harmoni sosial yang lebih luas.
Dengan kata lain, konsep akhlak menurut Al-Ghazali mengajarkan bahwa perubahan besar dalam masyarakat dimulai dari diri sendiri.
Pendidikan moral dan latihan batin yang intensif menjadi kunci untuk membangun karakter yang unggul.
Maka, bagi siapa saja yang ingin mencapai kesempurnaan diri, pemikiran Al-Ghazali tentang akhlak adalah pedoman yang layak diikuti.***