Proses dan Tantangan Kloning Reproduksi dalam Pengembangan GMO

- Redaksi

Sunday, 23 June 2024 - 13:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Produk GMO – SwaraWarta.co.id (Pinterest)

SwaraWarta.co.id – Organisme hasil rekayasa genetika (Genetically Modified Organisms atau GMO) dihasilkan melalui metode ilmiah yang meliputi teknologi

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

DNA rekombinan dan kloning reproduksi. Dalam kloning reproduksi, inti sel diambil dari individu yang akan dikloning dan dimasukkan ke dalam sitoplasma telur inang yang telah dienukleasi (telur yang dienukleasi adalah sel telur yang intinya telah dihilangkan).

Proses ini menghasilkan keturunan yang secara genetik identik dengan individu donor.

Proses kloning reproduksi ini pertama kali berhasil diterapkan pada seekor domba bernama Dolly, yang lahir pada tahun 1996.

Dolly adalah hewan pertama yang dihasilkan melalui teknik kloning dengan inti dari sel donor dewasa, bukan dari embrio donor.

BACA JUGA: Pemahaman Mendalam tentang Organisme Hasil Rekayasa Genetika (GMO) dan Penerapannya

Keberhasilan ini merupakan terobosan besar dalam bioteknologi dan genetika, menunjukkan bahwa sel dewasa dapat diprogram ulang untuk berkembang menjadi individu baru yang lengkap.

Baca Juga :  Memahami Tantrum pada Anak: Penyebab, Reaksi, dan Cara Mengatasi

Setelah kelahiran Dolly, teknologi kloning reproduksi telah diterapkan pada berbagai hewan lainnya, termasuk babi, kuda, dan anjing.

Teknologi ini memberikan potensi besar untuk penelitian ilmiah, terutama dalam memahami perkembangan embrio, diferensiasi sel, dan mekanisme penyakit genetik.

Selain itu, kloning reproduksi juga dapat berperan dalam upaya konservasi spesies yang terancam punah dengan cara memperbanyak populasi mereka dari individu-individu yang ada.

Proses kloning reproduksi dimulai dengan pengambilan inti sel dari individu yang akan dikloning.

Inti sel ini mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk membentuk individu baru. Setelah itu, inti sel tersebut dimasukkan ke dalam telur yang telah dienukleasi.

Telur yang dienukleasi adalah telur yang intinya telah dihilangkan, sehingga tidak mengandung materi genetik.

Baca Juga :  Cara Membersihkan Mata Anak Kucing yang Belekan dengan Mudah

BACA JUGA: Hal-hal yang Bisa Dilakukan Saat Anak Tantrum

Penggabungan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kejutan listrik atau bahan kimia untuk merangsang fusi antara inti sel dan telur.

Setelah inti sel dan telur berhasil digabungkan, telur tersebut akan mulai membelah dan berkembang seperti halnya embrio normal.

Embrio ini kemudian ditanamkan ke dalam rahim induk pengganti, yang akan mengandung dan melahirkan individu baru.

Individu ini akan secara genetik identik dengan donor inti sel, karena seluruh materi genetiknya berasal dari inti sel donor.

Meskipun teknologi ini menjanjikan, terdapat berbagai tantangan dan kontroversi yang harus dihadapi.

Salah satu tantangan utama adalah tingkat keberhasilan yang rendah, karena banyak embrio hasil kloning yang tidak berkembang dengan baik atau mati sebelum lahir.

Selain itu, ada juga kekhawatiran etis mengenai penggunaan kloning pada hewan dan potensi penerapannya pada manusia.

Baca Juga :  5 Superfood yang Wajib Dikonsumsi untuk Meningkatkan Daya Imun pada Tubuh

Dalam konteks GMO yang lebih luas, teknologi DNA rekombinan juga digunakan untuk mengubah organisme dengan cara menambahkan, menghapus, atau memodifikasi gen-gen tertentu.

Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk menghasilkan tanaman dan hewan yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit, peningkatan hasil panen, atau kualitas nutrisi yang lebih baik.

Secara keseluruhan, baik kloning reproduksi maupun teknologi DNA rekombinan memiliki potensi besar untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi,

namun juga memerlukan pertimbangan etis dan pengawasan yang hati-hati untuk memastikan bahwa penggunaannya bermanfaat dan tidak merugikan.

Terus berkembangnya penelitian di bidang ini membuka peluang baru untuk inovasi dalam pertanian, kedokteran, dan konservasi, meskipun masih ada banyak yang perlu dipelajari dan dipahami.***

Berita Terkait

PAFI Musi Banyuasin: Meningkatkan Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Musi Banyuasin
PAFI Magelang: Perhimpunan Ahli Farmasi yang Meningkatkan Standar Profesi Farmasi di Kota Magelang
PAFI Nusantara: Perhimpunan Ahli Farmasi Indonesia yang Memajukan Profesi Farmasi di Tanah Air
Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak
Cara Menghilangkan Minyak di Wajah: Tips Efektif untuk Kulit yang Sehat
Mengenali Gejala Alergi Udang, Pentingnya Memahami Respons Tubuh Terhadap Makanan
Macam-Macam Penyakit Mental dan Gejalanya
Rekomendasi Olahraga yang Aman untuk Penderita Penyakit Jantung

Berita Terkait

Thursday, 14 November 2024 - 04:47 WIB

PAFI Musi Banyuasin: Meningkatkan Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Musi Banyuasin

Monday, 4 November 2024 - 09:49 WIB

PAFI Magelang: Perhimpunan Ahli Farmasi yang Meningkatkan Standar Profesi Farmasi di Kota Magelang

Sunday, 3 November 2024 - 03:00 WIB

PAFI Nusantara: Perhimpunan Ahli Farmasi Indonesia yang Memajukan Profesi Farmasi di Tanah Air

Saturday, 2 November 2024 - 09:58 WIB

Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak

Saturday, 2 November 2024 - 09:58 WIB

Cara Menghilangkan Minyak di Wajah: Tips Efektif untuk Kulit yang Sehat

Berita Terbaru

Potret Nissa Sabyan dan Ayus (Dok.ist)

Berita

Nissa Sabyan & Ayus Resmi Menikah, Ini Lokasi dan Maharnya

Thursday, 21 Nov 2024 - 19:47 WIB