Produk Rekayasa Genetika: Golden Rice – SwaraWarta.co.id (Pinterest) |
SwaraWarta.co.id – Contoh lain dari tanaman hasil rekayasa genetika adalah golden rice, yang awalnya ditujukan untuk Asia dan dimodifikasi secara genetik agar menghasilkan hampir 20 kali lipat beta-karoten dibandingkan varietas sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Golden rice diciptakan dengan memodifikasi genom padi untuk menyertakan gen dari bunga bakung (Narcissus pseudonarcissus) yang menghasilkan enzim bernama fitotene sintase dan gen dari bakteri Erwinia uredovora yang menghasilkan enzim bernama fitotene desaturase.
Pengenalan gen-gen ini memungkinkan akumulasi beta-karoten, yang diubah menjadi vitamin A di hati manusia, dalam endosperma padi—bagian padi yang bisa dimakan—sehingga meningkatkan jumlah beta-karoten yang tersedia untuk sintesis vitamin A dalam tubuh.
Golden rice merupakan solusi inovatif yang dikembangkan untuk mengatasi masalah defisiensi vitamin A yang melanda banyak negara berkembang, terutama di Asia, di mana beras merupakan makanan pokok utama.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kebutaan pada anak-anak dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit infeksi.
Dengan meningkatkan kandungan beta-karoten dalam beras, golden rice diharapkan dapat membantu mencegah kekurangan vitamin A dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
BACA JUGA: Dampak dan Kontroversi Tanaman Hasil Rekayasa Genetika dalam Pertanian Modern
Proses penciptaan golden rice melibatkan penelitian intensif dan teknik rekayasa genetika canggih.
Gen fitotene sintase dari bunga bakung bertanggung jawab untuk tahap awal sintesis beta-karoten, sementara gen fitotene desaturase dari bakteri Erwinia uredovora membantu mengkonversi fitotene menjadi beta-karoten melalui serangkaian reaksi biokimia.
Kombinasi kedua gen ini di dalam tanaman padi memungkinkan produksi beta-karoten yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi konvensional.
Pada tahun 2004, para peneliti yang mengembangkan golden rice asli berhasil meningkatkan model tersebut dan menghasilkan golden rice 2.
Varietas baru ini menunjukkan peningkatan produksi karotenoid hingga 23 kali lipat dibandingkan dengan varietas golden rice pertama.
Golden rice 2 menggunakan gen fitotene sintase dari jagung (Zea mays), yang lebih efisien dalam menghasilkan beta-karoten dibandingkan gen dari bunga bakung.
Peningkatan ini membuat golden rice 2 menjadi sumber beta-karoten yang lebih efektif dan dapat lebih mudah diadopsi dalam program-program kesehatan masyarakat.
BACA JUGA: Kontroversi dan Manfaat Tanaman Tahan Herbisida dalam Pertanian Modern
Pengembangan golden rice, termasuk golden rice 2, bukan tanpa tantangan dan kontroversi.
Beberapa kelompok mengkhawatirkan dampak lingkungan dan kesehatan dari tanaman hasil rekayasa genetika, serta isu terkait hak paten dan aksesibilitas bagi petani kecil.
Namun, banyak ilmuwan dan organisasi kesehatan mendukung golden rice sebagai inovasi penting untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A, dengan argumen bahwa manfaat kesehatannya jauh melebihi risiko potensialnya.
Saat ini, golden rice masih dalam tahap pengujian dan pengembangan di berbagai negara untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya sebelum dapat diadopsi secara luas.
Negara-negara seperti Filipina, Bangladesh, dan India sedang mengevaluasi potensi golden rice dalam program-program peningkatan gizi nasional mereka.
Jika berhasil diimplementasikan, golden rice bisa menjadi langkah besar dalam upaya global untuk mengurangi kekurangan vitamin A dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan jutaan orang di seluruh dunia.
Secara keseluruhan, golden rice merupakan contoh nyata bagaimana bioteknologi dan rekayasa genetika dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan global yang mendesak.
Dengan terus melakukan penelitian dan pengembangan, serta memastikan akses yang adil dan berkelanjutan, golden rice berpotensi memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang paling membutuhkan.***