SwaraWarta.co.id – Istilah “jam koma” kini sering digunakan oleh Gen Z untuk menggambarkan waktu istirahat panjang setelah kelelahan beraktivitas, misalnya setelah pulang dari sekolah atau bekerja.
Istilah ini terdiri dari dua kata: “jam” yang berarti waktu, dan “koma” yang mengacu pada kondisi tidak sadar, seperti tidur nyenyak dalam waktu lama.
Jadi, “jam koma” digunakan untuk menggambarkan kondisi sangat lelah hingga merasa ingin tidur panjang seperti “koma.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikutip dari Instagram @lambeturah. Istilah “jam koma” sering dipakai untuk menyebut tidur siang atau sore yang panjang setelah melakukan aktivitas fisik atau mental yang melelahkan.
Tren ini ramai di media sosial, terutama di kalangan remaja yang sering membagikan momen “jam koma” mereka lewat foto atau video.
Ungkapan ini juga menggambarkan kebutuhan anak muda untuk memulihkan tenaga setelah menjalani aktivitas harian yang padat.
Gaya hidup Gen Z yang lebih fleksibel dalam mengatur waktu istirahat juga berkaitan dengan fenomena ini.
Mereka sering menggunakan waktu luang untuk tidur singkat namun berkualitas sebagai bentuk perawatan diri.
Selain itu, dengan kemajuan teknologi dan akses mudah ke hiburan seperti media sosial dan streaming, mereka kerap begadang, sehingga tidur siang atau sore hari menjadi solusi untuk menggantikan kurangnya waktu istirahat di malam hari.
Dari sudut pandang psikologis, “jam koma” bisa diartikan sebagai cara Gen Z mengatasi stres dan kelelahan, terutama dari tekanan akademik atau pekerjaan.
Istilah ini mencerminkan kebutuhan untuk “mematikan” diri sementara waktu dari rutinitas yang sibuk.
Fenomena ini menekankan pentingnya istirahat untuk kesehatan mental dan fisik, terutama di zaman yang menuntut produktivitas tinggi.
Secara keseluruhan, “jam koma” bukan hanya istilah populer, tapi juga menunjukkan perubahan pola hidup Gen Z yang lebih dinamis dan peka terhadap kebutuhan istirahat.
Ini adalah bentuk adaptasi mereka dalam menghadapi tekanan hidup di era digital yang serba cepat.