SwaraWarta.co.id – Tepat hari ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, yaitu pentingnya memprioritaskan kesehatan mental di lingkungan kerja.
Dalam sebuah siaran pers yang disampaikan di Jakarta, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, menggarisbawahi empat langkah penting yang perlu diambil untuk mencapai tujuan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah pertama yang harus diimplementasikan adalah penetapan jam kerja yang wajar.
Menurut Imran, waktu kerja yang efektif dan efisien sangat penting agar karyawan dapat menyelesaikan tugas mereka tanpa mengganggu waktu pribadi.
Ia menjelaskan bahwa selama ini jam kerja diatur sekitar delapan jam sehari, dan seharusnya hal ini dapat dioptimalkan.
Dengan pengaturan yang tepat, diharapkan karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa perlu membawa pulang pekerjaan ke rumah.
Kedua, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk memberikan akses kepada masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.
Imran menyebutkan pentingnya konseling dan pelatihan manajemen stres sebagai bagian dari layanan yang harus tersedia.
Ia mencontohkan bahwa Kementerian Kesehatan telah melakukan promosi skrining kesehatan jiwa, di mana masyarakat dapat melakukan pemeriksaan dan mendapatkan konseling bagi mereka yang membutuhkan.
Imran juga menambahkan bahwa tahun ini, partisipasi dalam skrining kesehatan jiwa mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Selanjutnya, langkah ketiga adalah mendorong percakapan terbuka mengenai kesehatan mental di kalangan pekerja.
Imran menyatakan bahwa seringkali terdapat stigma yang membuat orang merasa harus bertahan sendiri dan tidak membagikan masalah yang dihadapi.
Ia mengkritik anggapan bahwa seseorang harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kerentanan.
Dalam hal ini, dia menekankan bahwa dukungan sosial sangat penting, dan jika ada teman yang berbagi masalah, sebaiknya respons yang diberikan bukanlah “kamu baik-baik saja”,
tetapi lebih mendukung, seperti “oke, kamu sedang menghadapi masalah, mari kita hadapi bersama”.
Langkah keempat, meski tidak secara langsung disebutkan, berkaitan dengan perlunya lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental.
Ini bisa mencakup kebijakan yang fleksibel, pengembangan program kesehatan mental di perusahaan, dan penciptaan suasana yang memungkinkan karyawan merasa aman untuk berbagi masalah mereka.
Imran berharap dengan adanya inisiatif-inisiatif ini, kesehatan mental di tempat kerja dapat ditingkatkan, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan.
Melalui upaya-upaya ini, Kementerian Kesehatan berharap agar setiap individu merasa didukung dan diprioritaskan dalam hal kesehatan mental, terutama di tempat kerja.
Kesehatan mental yang baik tidak hanya penting untuk individu itu sendiri, tetapi juga berdampak pada lingkungan kerja secara keseluruhan.
Dengan kolaborasi antara semua pihak, termasuk perusahaan dan pemerintah, diharapkan kesehatan mental dapat menjadi perhatian utama di semua sektor.***