SwaraWarta.co.id – Dalam Islam, tidak diperkenankan bagi siapapun untuk membahas atau memberikan penilaian terhadap suatu isu tanpa memiliki pengetahuan yang mendalam dan memadai tentang Islam.
Setiap diskusi atau pendapat yang disampaikan haruslah berlandaskan bukti yang kuat dan tidak hanya berdasarkan klaim yang tidak berdasar atau sekadar mengikuti hawa nafsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebaliknya, seseorang yang ingin membahas persoalan agama harus ikhlas, membersihkan diri dari hawa nafsu yang dapat menjauhkan mereka dari kebenaran.
Selain itu, sangat penting bagi seorang individu untuk memiliki pemahaman yang luas mengenai ajaran Islam dan kemampuan membedakan antara dalil yang shahih (autentik) dan dhaif (lemah).
Hanya dengan demikian, seseorang akan mampu menarik kesimpulan hukum Islam dengan tepat dari dalil-dalil yang ada.
Tanpa kemampuan ini, seseorang tidak layak untuk membahas apalagi memberikan fatwa mengenai suatu masalah.
Seorang ulama atau siapapun yang ingin menyampaikan pendapat tentang agama harus berhati-hati dengan apa yang mereka katakan atau tuliskan.
Hal ini dikarenakan konsekuensi dari ucapan kita adalah hal yang harus kita takuti dan waspadai dengan serius.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan kepada para sahabatnya, termasuk kepada Mu’adz bin Jabal r.a, mengenai bahaya ucapan yang salah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawood, dan At-Tirmidzi, Mu’adz bertanya kepada Nabi Muhammad dengan penuh keheranan:
“Apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang kita ucapkan?”
Nabi Muhammad kemudian menjawab: “Apakah kamu tahu apa yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, selain produk dari lisan mereka?”
Hadits ini mengajarkan kepada kita betapa besar pengaruh dan bahaya dari perkataan yang tidak dijaga.
Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya selalu menjaga lisannya dan berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu, terutama ketika membahas perkara agama.
Ucapan yang sembarangan, tanpa didasari ilmu yang benar, dapat menyebabkan kesalahan besar dan merugikan diri sendiri serta orang lain.
Menjaga Lisan dari Perdebatan yang Tidak Berdasar
Terkadang, perdebatan dalam masalah agama seringkali muncul karena ketidaktahuan atau sekadar mengikuti pendapat tanpa pengetahuan yang jelas.
Islam menekankan pentingnya berhati-hati dalam berbicara dan tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak memiliki dasar yang kuat.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, menjaga lisan adalah bagian penting dari keimanan.
Ucapan yang tidak dijaga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa besar, termasuk menimbulkan fitnah dan perselisihan di antara sesama Muslim.
Untuk itu, sebelum berbicara atau memberikan pendapat, hendaknya seseorang bertanya pada dirinya sendiri: Apakah yang akan saya katakan ini didasarkan pada ilmu yang shahih?
Apakah pendapat saya sesuai dengan ajaran Islam yang benar? Jika jawabannya tidak, maka lebih baik untuk diam dan belajar lebih banyak sebelum memberikan penilaian atau pendapat.
Pentingnya Ilmu dalam Menyampaikan Pendapat
Pada akhirnya, hanya mereka yang memiliki pengetahuan Islam yang mendalam, mampu memahami dalil-dalil dengan baik, dan terbebas dari hawa nafsu yang layak untuk membahas suatu masalah agama.
Umat Islam dituntut untuk selalu berhati-hati dalam berbicara dan memberikan pendapat agar tidak terjerumus dalam kesalahan yang berakibat fatal.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, menjaga lisan adalah salah satu kunci untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat.***