SwaraWarta.co.id – Riya dan sum’ah adalah dua bentuk penyakit hati yang sering kali diabaikan oleh banyak orang.
Keduanya sangat dikecam dalam ajaran Islam karena merusak niat ibadah dan tindakan seseorang.
Meskipun memiliki kemiripan dalam hal memotivasi seseorang untuk memperlihatkan amalnya, riya dan sum’ah memiliki perbedaan yang mendasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan riya dan sum’ah, mengapa keduanya berbahaya, serta bagaimana seorang Muslim sebaiknya menghindarinya.
Definisi Riya dan Sum’ah
Untuk memahami perbedaan riya dan sum’ah, penting untuk terlebih dahulu memahami definisi dari masing-masing istilah tersebut.
Riya berasal dari kata Arab “ru’yah” yang berarti “melihat.” Secara istilah, riya adalah melakukan amal atau ibadah dengan tujuan dilihat oleh orang lain, sehingga seseorang mendapat pujian, status, atau pengakuan.
Riya merupakan tindakan yang menodai keikhlasan, karena amal yang seharusnya dilakukan semata-mata karena Allah, malah dikerjakan untuk kepentingan duniawi, seperti popularitas atau pujian.
Sum’ah, di sisi lain, berasal dari kata “sami’a” yang berarti “mendengar.” Sum’ah adalah tindakan memamerkan amal atau ibadah dengan tujuan agar orang lain mendengar tentang perbuatan baiknya.
Jika riya lebih berfokus pada tindakan yang dilihat oleh orang lain, sum’ah berhubungan dengan usaha menyebarluaskan atau membicarakan kebaikan yang telah dilakukan agar orang lain mengetahuinya.
Perbedaan Riya dan Sum’ah
Meskipun riya dan sum’ah sering kali dianggap serupa, perbedaan riya dan sum’ah terletak pada cara bagaimana seseorang mencari perhatian.
Riya berhubungan dengan tindakan yang dilakukan secara langsung di depan orang lain, sementara sum’ah melibatkan pembicaraan tentang amal setelah tindakan tersebut terjadi.
1. Riya: Amal untuk Dilihat
Riya terjadi ketika seseorang melakukan ibadah, seperti sholat, sedekah, atau puasa, bukan karena keikhlasan kepada Allah, tetapi karena ingin mendapat pengakuan dari orang lain.
Contoh klasik riya adalah seseorang yang sholat dengan sangat khusyuk ketika ada orang lain yang melihatnya, tetapi ketika ia sendirian, kualitas ibadahnya menurun.
Dalam hal ini, riya merusak niat karena amal dilakukan bukan untuk Allah, tetapi untuk manusia.
2. Sum’ah: Amal untuk Didengar
Sum’ah adalah ketika seseorang melakukan amal dengan niat baik, tetapi kemudian ia membicarakan amal tersebut agar orang lain mengetahuinya.
Contohnya adalah ketika seseorang berdonasi dalam diam, tetapi kemudian ia menceritakan jumlah donasi tersebut kepada teman-temannya agar dikenal sebagai orang yang dermawan.
Meski pada awalnya amal itu dilakukan dengan niat ikhlas, sum’ah terjadi saat niat tersebut bergeser menjadi ingin mendapatkan pengakuan sosial.
Bahaya Riya dan Sum’ah dalam Islam
Dalam Islam, baik riya maupun sum’ah merupakan bentuk syirik kecil, yaitu mempersekutukan Allah dalam hal niat beribadah.
Rasulullah SAW bersabda,
“Yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR. Ahmad).
Ini menunjukkan bahwa riya sangat berbahaya karena bisa merusak pahala ibadah seseorang.
Bahaya dari riya dan sum’ah tidak hanya terletak pada hilangnya pahala, tetapi juga berdampak pada jiwa pelakunya.
Seseorang yang terbiasa dengan riya akan sulit mencapai keikhlasan dalam ibadah. Selain itu, riya dan sum’ah dapat menumbuhkan sikap sombong dan memperlihatkan ketergantungan seseorang pada pujian atau pengakuan manusia
Bagaimana Menghindari Riya dan Sum’ah
Untuk menghindari riya dan sum’ah, seorang Muslim harus fokus pada keikhlasan dalam setiap amal yang dilakukan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat diambil:
1. Periksa Niat Sebelum Beramal
Sebelum melakukan amal, pastikan bahwa niatnya benar-benar untuk Allah SWT. Jika ada dorongan untuk melakukan amal agar dipuji orang lain, sebaiknya tunda amal tersebut hingga niatnya kembali lurus.
2. Jaga Kerahasiaan Amal
Salah satu cara untuk menghindari riya dan sum’ah adalah dengan menyembunyikan amal baik yang kita lakukan.
Sebagai contoh, berikan sedekah tanpa diketahui orang lain, atau lakukan ibadah malam saat orang lain sedang tidur.
3. Berdoa untuk Keikhlasan
Rasulullah SAW sering berdoa agar terhindar dari riya dan sum’ah. Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi adalah,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui” (HR. Ahmad).
Untuk menghindari riya dan sum’ah, penting untuk selalu memperbaiki niat, menjaga kerahasiaan amal, dan berdoa agar diberi keikhlasan.
Dengan demikian, seorang Muslim dapat mencapai keikhlasan yang sejati dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.