SwaraWarta.co.id – Kebiasaan makan secukupnya untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit telah lama dianjurkan dalam Islam.
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya tidak berlebihan dalam makan untuk menjaga tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prinsip ini kini semakin didukung oleh sains modern yang menunjukkan bahwa membatasi asupan makanan dapat berdampak positif bagi kesehatan secara keseluruhan.
Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW menyarankan agar porsi makanan dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara atau ruang bernapas.
Konsep ini dikenal luas dalam kalangan Muslim sebagai salah satu cara untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh.
Prinsip ini mengajarkan agar umat tidak makan hingga kekenyangan, melainkan hanya mengisi perut mereka dengan jumlah makanan yang cukup untuk menjaga tubuh berfungsi dengan baik tanpa berlebihan.
Menariknya, konsep ini memiliki kesamaan dengan filosofi makan dari Jepang yang dikenal dengan istilah hara hachi bu.
Istilah ini mengajarkan agar seseorang berhenti makan ketika merasa 80% kenyang, dengan tujuan menjaga berat badan ideal dan kesehatan tubuh secara umum.
Kedua konsep ini, baik dalam Islam maupun dalam budaya Jepang, sama-sama mendorong pengendalian diri dalam hal makan dan menekankan pentingnya kesederhanaan serta moderasi.
Pengaruh Makan Berlebih terhadap Kesehatan
Sains modern telah membuktikan bahwa makan berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Salah satu konsekuensi dari kebiasaan makan terlalu banyak adalah peningkatan risiko obesitas.
Obesitas sendiri berkaitan erat dengan berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi.
Dengan mengurangi asupan makanan, risiko terkena penyakit-penyakit tersebut bisa diminimalisir.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa makan dalam jumlah moderat dan tidak berlebihan dapat membantu memperpanjang umur serta meningkatkan kualitas hidup.
Ini karena tubuh tidak harus bekerja terlalu keras untuk mencerna makanan dalam jumlah besar.
Metode ini juga membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, yang sangat penting bagi mereka yang rentan terhadap diabetes atau masalah metabolisme lainnya.
Makan dengan Kesadaran dan Pengendalian Diri
Salah satu kunci dari kebiasaan makan sehat adalah makan dengan kesadaran. Artinya, kita harus lebih peka terhadap sinyal tubuh yang memberi tahu kapan kita sudah cukup makan.
Dalam dunia yang serba cepat saat ini, banyak orang cenderung makan dengan terburu-buru tanpa benar-benar memperhatikan apakah mereka sudah kenyang atau belum.
Hal ini sering kali menyebabkan makan berlebih dan kekenyangan, yang pada akhirnya merugikan kesehatan.
Dengan mengikuti anjuran Nabi Muhammad SAW mengenai sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga udara, kita diajarkan untuk selalu menjaga kesederhanaan dalam hal makan.
Prinsip ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Makan secukupnya membantu kita merasa lebih ringan dan lebih fokus, serta mengurangi rasa lesu yang sering muncul setelah makan dalam jumlah besar.
Baik dalam ajaran Islam maupun filosofi makan dari Jepang, prinsip makan secukupnya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah penyakit.
Dengan mengatur porsi makan dan berhenti sebelum kenyang, kita bisa menjaga kesehatan dalam jangka panjang.
Prinsip ini semakin relevan di era modern, di mana gaya hidup cenderung mendorong konsumsi berlebihan dan berdampak buruk pada kesehatan.
Sebagai umat Muslim, mengikuti anjuran Nabi Muhammad SAW tentang pola makan tidak hanya merupakan bentuk ibadah, tetapi juga langkah bijak dalam menjaga kesehatan tubuh.
Dengan menerapkan konsep ‘1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk ruang bernapas,’ kita dapat menghindari berbagai penyakit yang disebabkan oleh makan berlebihan dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip ini, yang kini didukung oleh sains, membuktikan bahwa kebijaksanaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW telah melampaui zamannya dan masih sangat relevan hingga saat ini.***