SwaraWarta.co.id – Meskipun Allah, Yang Maha Kuasa, sangat mencintai penerimaan taubat dan permintaan maaf dari hamba-Nya,
dan meskipun syariat Islam serta akhlak mulia sangat menganjurkan untuk meminta maaf ketika seseorang melakukan kesalahan, lebih baik jika kita sebisa mungkin menghindari perbuatan yang membutuhkan permintaan maaf.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anas ibn Malik, mengatakan bahwa Nabi Muhammad, shallallahu ‘alayhi wa sallam, bersabda, “Hati-hatilah terhadap segala sesuatu yang memerlukan permintaan maaf.” Beliau juga bersabda, “Janganlah engkau mengatakan sesuatu yang nantinya akan membuatmu perlu meminta maaf.”
Ada sebuah pepatah yang menyebutkan: “Berhati-hatilah terhadap kesombongan dalam kemarahan, karena itu bisa berujung pada kehinaan dalam permintaan maaf.”
Contohnya, ketika saudara-saudara Nabi Yusuf mengenalinya dan melihat bagaimana Allah memberi keberkahan padanya, mereka mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf.
Mereka berkata, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, yang artinya: “Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah”. [Quran 12:91]
Nabi Yusuf tidak pernah menyalahkan atau memarahi mereka.
Sebaliknya, ia menerima permintaan maaf mereka, mengampuni kesalahan mereka, dan bahkan mendoakan mereka. Beliau berkata, yang artinya: “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian. Allah akan mengampuni kalian, dan Dia adalah yang paling penyayang di antara para penyayang”. [Quran 12:92]
Suatu hari, seorang pria meminta maaf kepada Ibrahim An-Nakha’i, semoga Allah merahmatinya.
Ibrahim mengatakan, “Aku memaafkanmu tanpa perlu mendengar permintaan maafmu, karena permintaan maaf sering kali tercemar oleh kebohongan.”
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan ibn Ali, r.a, berkata, “Jika seseorang menghina telingaku yang satu, lalu meminta maaf di telingaku yang lain, aku akan menerima permintaan maafnya.”
Al-Ahnaf ibn Qais, juga pernah berkata, “Jika seseorang meminta maaf kepadamu, sambutlah dia dengan gembira.”
Seorang pria pernah meminta maaf kepada Al-Hassan ibn Sahl karena kesalahan yang telah dia lakukan.
Al-Hassan mengatakan kepadanya, “Sebelum engkau berbuat dosa, engkau telah melakukan kebaikan, dan setelah berbuat dosa, engkau bertobat. Maka, dosamu terjadi di antara dua perbuatan baik. Dosa itu tidak akan mampu mengalahkan kedua kebaikan tersebut.”
Kita perlu menguasai seni meminta maaf. Berapa banyak permusuhan yang bisa dihindari hanya dengan satu permintaan maaf?
Berapa banyak keluarga yang hancur karena tidak adanya budaya meminta maaf?
Dan berapa banyak hati yang berubah menjadi marah karena kita tidak memiliki kekuatan untuk meminta maaf?
Meminta maaf adalah sebuah kebiasaan yang terpuji dan memperlihatkan kerendahan hati seseorang.
Namun, lebih baik lagi jika kita berusaha mencegah perbuatan yang dapat membuat kita harus meminta maaf di kemudian hari.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, agar tidak sampai menyakiti orang lain dan kemudian terpaksa harus meminta maaf.
Dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya, kita juga diajarkan tentang keutamaan memaafkan.
Yusuf, meskipun telah dikhianati dan dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, tidak menaruh dendam.
Ketika mereka akhirnya meminta maaf, Yusuf dengan hati yang besar memaafkan mereka dan bahkan mendoakan kebaikan bagi mereka. Inilah contoh sikap pemaaf yang luar biasa yang patut kita teladani.
Selain itu, kita juga harus waspada terhadap kesombongan, terutama ketika marah.
Kesombongan saat marah dapat membuat kita melakukan tindakan yang akhirnya membuat kita harus merendahkan diri untuk meminta maaf.
Lebih baik menjaga diri dari kemarahan dan kesombongan agar tidak jatuh dalam posisi yang memalukan.
Permintaan maaf juga tidak boleh diabaikan.
Jika seseorang dengan tulus meminta maaf kepada kita, kita dianjurkan untuk menerimanya dengan lapang dada.
Menolak permintaan maaf hanya akan memperburuk situasi dan mungkin menciptakan lebih banyak permusuhan.
Sebagaimana diajarkan oleh Al-Ahnaf ibn Qais, menerima permintaan maaf dengan hati yang gembira adalah tanda kebesaran jiwa.
Namun, kita juga harus waspada agar permintaan maaf kita tidak menjadi alat untuk menutupi kebohongan.
Apologi yang diliputi oleh kebohongan hanya akan memperburuk keadaan dan merusak kepercayaan.
Karena itu, penting untuk tulus dalam meminta maaf dan tidak menyalahgunakannya.
Kita berdoa kepada Allah, Yang Maha Pengampun, agar Dia mengampuni dosa-dosa kita.
Sesungguhnya Dia adalah yang paling pemurah dan paling pengasih di antara semua pengasih.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan semoga rahmat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.***