SwaraWarta.co.id – Dalam sebuah hubungan pernikahan, salah satu tantangan besar yang sering dihadapi pasangan adalah perbedaan cara mengatasi konflik dan emosi. Salah satu isu yang mungkin muncul adalah ketika suami sering mengancam untuk berpisah saat marah. Masalah ini bukan hanya menyakitkan secara emosional tetapi juga dapat merusak stabilitas hubungan. Artikel ini akan membahas secara mendalam cara mengatasi masalah ketika suami sering bilang pisah saat marah, memberikan panduan praktis dan solusi yang dapat diterapkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
1. Pengertian dan Konteks Masalah
Dalam konteks pernikahan, mengancam untuk berpisah merupakan tindakan yang bisa menggambarkan ketidakstabilan emosional atau mekanisme pertahanan diri dari salah satu pasangan. Ketika suami sering mengatakan untuk berpisah saat marah, ini sering kali merupakan bentuk dari ketidakmampuan mengelola emosi atau ketidakmampuan berkomunikasi dengan efektif.
Menurut Dr. John Gottman, seorang psikolog dan peneliti dalam bidang hubungan, ancaman perceraian saat bertengkar dapat menjadi tanda bahwa pasangan tidak memiliki keterampilan komunikasi yang efektif dan mungkin juga mengalami ketidakpuasan dalam hubungan (Gottman, The Seven Principles for Making Marriage Work). Menurutnya, ancaman seperti ini sering kali merupakan manifestasi dari rasa frustrasi yang lebih dalam dan perlu ditangani dengan cara yang lebih konstruktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
2. Menyadari Penyebab dan Dampak Emosional
Penting untuk memahami penyebab di balik perilaku suami yang sering mengancam untuk berpisah. Beberapa penyebab umum meliputi:
- Keterampilan Komunikasi yang Kurang: Ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang sehat dapat membuat seseorang merasa tertekan dan mengancam untuk berpisah sebagai cara untuk menghindari konflik lebih lanjut.
- Kecemasan dan Ketidakamanan: Rasa tidak aman dalam hubungan atau kehidupan pribadi sering kali memicu ancaman perceraian sebagai cara untuk menarik perhatian atau mencari pengakuan.
- Pengalaman Masa Lalu: Pengalaman masa lalu atau trauma yang belum terselesaikan dapat berkontribusi pada pola perilaku ini.
Dampak emosional dari ancaman seperti ini sangat signifikan, baik untuk suami, istri, maupun anak-anak. Menurut Dr. Harville Hendrix, penulis buku Getting the Love You Want, ancaman berpisah dapat menurunkan rasa percaya diri, meningkatkan kecemasan, dan merusak fondasi kepercayaan dalam hubungan (Hendrix, Getting the Love You Want).
3. Langkah-Langkah untuk Menangani Masalah
Menangani masalah ini memerlukan pendekatan yang sistematis dan penuh perhatian. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
a. Berkomunikasi secara Terbuka dan Jujur
Langkah pertama adalah komunikasi yang terbuka dan jujur. Penting untuk berbicara dengan suami tentang bagaimana pernyataan-pernyataannya mempengaruhi perasaan Anda. Pilihlah waktu yang tepat untuk berdiskusi, ketika emosi sudah tenang.
Menurut Dr. Marshall Rosenberg, penulis buku Nonviolent Communication, komunikasi non-kekerasan adalah kunci untuk menyelesaikan konflik. Ini melibatkan menyampaikan perasaan dan kebutuhan tanpa menyalahkan atau mengkritik pasangan (Rosenberg, Nonviolent Communication).
b. Mengidentifikasi dan Mengatasi Masalah yang Lebih Dalam
Cari tahu apakah ada masalah mendasar yang mungkin menyebabkan perilaku ini. Misalnya, mungkin ada masalah terkait kepercayaan, kesulitan dalam menangani stres, atau masalah emosional lainnya. Mengidentifikasi akar masalah dapat membantu mencari solusi yang lebih efektif.
Sebagai contoh, terapi pasangan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang lebih mendalam. Dr. Sue Johnson, seorang ahli terapi pasangan, merekomendasikan terapi untuk membantu pasangan memahami dan mengatasi pola-pola yang merusak hubungan mereka (Johnson, Hold Me Tight).
c. Menerapkan Teknik Manajemen Emosi
Mempelajari teknik manajemen emosi dapat membantu suami dan istri untuk lebih baik dalam mengelola marah dan frustrasi. Teknik-teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, dan latihan kesadaran dapat membantu meredakan ketegangan dan mencegah kemarahan dari eskalasi.
Mindfulness atau kesadaran penuh, sebagaimana dijelaskan oleh Jon Kabat-Zinn dalam bukunya Wherever You Go, There You Are, dapat membantu individu untuk lebih baik mengelola reaksi emosional dan meningkatkan kesejahteraan mental (Kabat-Zinn, Wherever You Go, There You Are).
d. Mencari Dukungan Profesional
Jika masalah ini terus berlanjut dan memengaruhi kualitas hidup Anda secara signifikan, mencari dukungan profesional seperti konselor pernikahan atau psikolog dapat menjadi langkah yang bijaksana. Profesional dapat membantu dalam memberikan perspektif yang objektif dan solusi yang lebih terarah.
4. Mencegah Ancaman Perceraian di Masa Depan
Setelah mengatasi masalah saat ini, penting untuk mencegah terulangnya ancaman perceraian di masa depan dengan:
- Membangun Keterampilan Komunikasi: Mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik dan saling memahami.
- Meningkatkan Kualitas Hubungan: Menginvestasikan waktu dan usaha dalam hubungan, seperti mengadakan kegiatan bersama yang menyenangkan.
- Menetapkan Aturan dan Batas: Membuat kesepakatan tentang bagaimana menangani konflik tanpa melibatkan ancaman perceraian.
Kesimpulan
Mengatasi masalah ketika suami sering bilang pisah saat marah memerlukan pendekatan yang penuh perhatian dan sistematis. Dengan berkomunikasi secara terbuka, mengidentifikasi penyebab mendasar, dan menerapkan teknik manajemen emosi, pasangan dapat memperbaiki hubungan dan mencegah terulangnya ancaman perceraian di masa depan. Dukungan profesional juga bisa menjadi langkah tambahan yang bermanfaat untuk menangani masalah yang lebih dalam.