Swarawarta.co.id – Sekitar 400 warga yang terdiri dari 129 kepala keluarga di Desa Munggu, Kabupaten Ponorogo terpaksa harus keluar-masuk hutan untuk mendapatkan air bersih.
Satu-satunya sumber air yang ada berada di dalam hutan dengan jarak lebih dari dua kilometer.
”Daerah itu (Dukuh Bungur, Desa Munggu di Kecamatan Bungkal) memang masuk daerah rawan kekeringan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo Masun seperti dilansir dari Antara di Ponorogo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dukuh Bungur, yang baru-baru ini mengalami kekeringan, menjadi salah satu wilayah yang terdampak.
”Saat ini sudah ada sembilan wilayah di Ponorogo yang mengalami kekeringan dan sudah meminta untuk dropping pendistribusian air bersih,” ujar Masun.
Bantuan berupa tandon dan jeriken telah dikirimkan untuk warga.
Beberapa sumber air milik warga setempat mulai mengering, sehingga mereka harus berjalan jauh ke dalam hutan untuk mengambil air dari sumber yang ada di sana.
”Sebenarnya warga memiliki sumur sendiri namun saat musim kemarau, sumber air tidak muncul. Satu satunya yang ada di hutan,” tutur Jawar, salah satu warga Dukuh Bungur.
Menurut Jawar, jarak terjauh yang harus ditempuh warga untuk mendapatkan air mencapai dua kilometer.
Mereka bergantian membawa jeriken untuk menampung air dari sumber yang masih mengeluarkan air, meskipun jumlahnya sangat terbatas.
”Air yang digunakan hanya untuk kebutuhan air baku, ya masak dan minum, ambilnya ya manual pakai ciduk,” terang Jawar.
Tukimun, Kepala Dusun Bungur telah melaporkan masalah kekeringan ini kepada kepala desa dan juga telah mengirimkan surat kepada BPBD untuk meminta bantuan suplai air bersih.
”Sudah bersurat, sudah dapat balasan minggu ini katanya mau di-dropping air dari BPBD,” tutur Tukimun.