Potret anak yang silet tangannya sendiri (Dok. Ist) |
SwaraWarta.co.id Saat ini, semakin banyak anak muda yang mengalami depresi dan mencoba melampiaskan perasaan melalui melukai diri sendiri menggunakan silet atau benda tajam lain.
Dalam 2 tahun terakhir, kasus semacam ini meningkat hingga 70%, menurut Pusat Informasi Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anak-anak yang berusia 10 hingga 14 tahun terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena luka yang mereka sebabkan sendiri.
Baca Juga:
Pembaruan Riset dari NIMH: Kemajuan dalam Memahami Fungsi Otak dan Pengobatan Inovatif
Sebelumnya, hanya sedikit kasus semacam ini terjadi, namun saat ini sudah menjadi tren yang dilakukan oleh semua remaja untuk mencoba mengatasi masalah yang mereka hadapi, seperti kesulitan di sekolah atau dalam hubungan cinta.
Cara melukai diri sendiri ini juga disebabkan oleh tekanan dari dunia modern yang belum pernah terjadi di masa sebelumnya.
Kita semua harus memperhatikan masalah ini dan membantu anak-anak muda untuk mengatasi depresi dan emosi negatif mereka dengan cara yang lebih sehat.
Mengapa anak muda mencoba melampiaskan perasaannya dengan cara yang sangat berbahaya?
Nyilet tangan (Dok. Ist) |
Anak muda cenderung mencoba melampiaskan perasaan mereka dengan cara yang sangat berbahaya seperti melukai diri sendiri karena berbagai alasan, seperti kesulitan mengatasi masalah yang mereka hadapi, seperti tekanan akademik.
Mereka mungkin tidak merasa nyaman berbicara tentang masalah mereka dengan orang lain atau merasa terisolasi dan kesepian.
Selain itu, media sosial dan tekanan yang ditimbulkannya juga bisa membuat anak muda merasa tidak puas dengan diri sendiri dan hidupnya.
Baca Juga:
Kesehatan Mental Remaja: Tantangan yang Meningkat dan Upaya Penanggulangan
Dalam situasi seperti ini, cara melukai diri mungkin bisa memberikan perasaan lega atau kontrol atas hidup mereka, tetapi ini adalah cara yang sangat berbahaya dan tidak efektif untuk mengatasi masalah dan pada akhirnya bisa memperburuk keadaan.
Oleh karena itu, penting untuk mendekati mereka sebagai teman dan mendengarkan perasaan mereka, serta memberikan dukungan yang positif untuk membantu mereka mengatasi masalah mereka dengan cara yang lebih sehat dan aman.
Bagaimana cara pencegahan untuk mengatasi perilaku berbahaya tersebut?
Pencegahan untuk mengatasi perilaku berbahaya ini harus dimulai dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai masalah ini.
Orang tua, guru, dan komunitas harus menyadari tanda-tanda peringatan dan gejala perilaku berbahaya, seperti tanda-tanda depresi atau kegelisahan yang berlebihan pada anak-anak muda.
Baca Juga:
Trypophobia Parah Apakah Bisa Diobati? Ini Faktanya!
Selain itu, kita juga harus mengajarkan anak-anak muda cara mengelola emosi mereka yang lebih sehat, seperti melalui terapi, olahraga, meditasi, atau kegiatan yang menyenangkan lainnya.
Mereka juga perlu diberikan dukungan yang positif dan merasa diterima oleh keluarga, teman atau komunitasnya.
Penting juga untuk mengurangi tekanan sosial yang dialami anak-anak muda. Kita bisa mendorong mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka dan menawarkan bantuan akademik atau dukungan kognitif jika mereka memiliki masalah di sekolah.
Dalam kasus-kasus yang lebih serius, anak-anak muda harus dibawa ke psikolog atau dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Baca Juga:
Apakah FOMO Itu Negatif? Memahami Dampak dan Cara Mengatasinya
Kita semua harus memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk membantu anak-anak muda yang mengalami masalah emosional dan mental agar mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan bahagia.