Mantan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, menuduh Amerika Serikat berperan dalam penggulingannya setelah ia menolak untuk menyerahkan kedaulatan Pulau St. Martin. Dalam sebuah surat yang diterbitkan pada 11 Agustus 2024 yang diperoleh oleh Economic Times. Ia menyatakan hal ini usai kerusuhan di Bangladesh terjadi.
Hasina menyatakan, “Saya bisa saja tetap berkuasa jika saya menyerahkan kedaulatan Pulau Saint Martin dan membiarkan Amerika menguasai Teluk Benggala.” Tukas nya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Musim panas lalu, Hasina mengungkapkan bahwa Bangladesh tidak akan menyewakan pulau tersebut ke AS, meskipun ia tidak menjelaskan hal lain terkait hal ini.
Beberapa hari setelahnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, langsung bereaksi, ia menyatakan bahwa AS tidak pernah membahas niat untuk menguasai pulau itu.
Hasina juga mengungkapkan bahwa ia memutuskan untuk mengundurkan diri karena “agar saya tidak perlu melihat arak-arakan mayat” dan meminta negara Asia Selatan itu untuk tidak terpengaruh ekstremis.
Ia mengungkapkan jika ia tetap tinggal di Bangladesh maka akan “lebih banyak nyawa akan hilang, lebih banyak sumber daya akan hancur,” dan ia juga menyebutkan bahwa memutuskan untuk mengundurkan diri adalah keputusan yang sangat sulit “mengambil keputusan yang sangat sulit untuk pergi.”
Sheikh Hasina mundur dan meninggalkan Bangladesh pada hari Senin, menurut laporan Reuters, setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya di tengah protes kekerasan yang dipimpin oleh mahasiswa. Diketahui sejak Juli, setidaknya 356 orang telah tewas akibat kerusuhan ini.
Penulis : Pipit Adila Wati, Siswi Magang, SMAN 1 PONOROGO.