Swarawarta.co.id – Puisi nisan merupakan karya sastrawan sekaligus penyair ternama yakni Chairil Anwar.
Puisi Nisan mengingatkan pembaca tentang kematian yang pasti terjadi.
Isi Puisi Nisan
Nisan
Untuk Nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oktober, 1942
Analisa Puisi Nisan Karya Chairil Anwar
Puisi “Nisan” karya Chairil Anwar adalah karya yang penuh makna, namun singkat.
Baca Juga: Pantun Muda Kelas 5: Pengertian dan Manfaatnya
Dalam analisis ini, akan dijabarkan beberapa elemen yang menjadikan puisi ini begitu unik dan sarat dengan perasaan. Berikut ini analisa Puisi nisan karya Chairil Anwar:
1. Gaya Bahasa Kuat
Chairil Anwar dikenal dengan gaya bahasanya yang tajam dan kontroversial. Puisi “Nisan” bukanlah sebuah kecuali.
Penggunaan kata-kata sederhana namun sangat mengesankan memberikan kesan yang dalam mengenai tema kematian.
2. Gambaran Kematian
Walaupun puisi ini berbicara tentang kematian, Chairil Anwar punya perspektif yang berbeda.
Baca Juga: Pantun Tua Kelas 5: Bagian Sastra yang Mulai Terlupakan
Ia tidak mau menggambarkan kematian sebagai hal yang menyakitkan atau menakutkan.
Sebaliknya, ia mengutarakan bahwa kematian sudah merupakan bagian takdir yang harus diterima.
3. Keridhaan terhadap Kematian
Pemahaman “Bukan kematian benar menusuk kalbu, Keridhaanmu menerima segala tiba” mencerminkan sebuah sikap filosofis terhadap kematian.
Chairil Anwar menerima kematian sebagai suatu hal yang pasti dalam hidup dan menerima nasibnya tanpa penolakan.
4. Eksplorasi Spiritualitas
Dalam kalimat “Dan duka maha tuan tak bertahta,” terdapat nuansa spiritualitas.
Chairil Anwar bisa saja mengacu pada kekuatan ilahi atau takdir yang melampaui emosi dan rasa duka yang terasa oleh manusia.
5. Simbolisme Nisan
Penggunaan judul “Nisan” memberi dimensi simbolis pada puisi ini.
Baca Juga: Puisi Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizache
Nisan umumnya terasosiasi dengan kematian, dan dalam konteks puisi ini, bisa mencerminkan tempat terakhir istirahat atau perjumpaan dengan takdir.
6. Keterbatasan dan Keagungan Manusia
Puisi ini mencerminkan keterbatasan manusia dalam menghadapi hidup dan kematian.
Walaupun kematian bisa dianggap sebagai sesuatu yang “tinggi di atas debu,” manusia hanya bisa menerimanya dan tidak dapat sepenuhnya memahaminya.
7. Penggunaan Ritma
Chairil Anwar menggunakan ritma yang kuat, menciptakan nada khas dalam puisinya.
Baca Juga: Chord Judika Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-baik Saja
Penggunaan kata-kata yang pendek namun berbobot memperkuat intensitas emosi dan membutirkan makna yang diusung.
Puisi “Nisan” karya Chairil Anwar adalah sebuah karya yang menggabungkan kesederhanaan kata-kata dengan makna yang dalam.
Dengan perwakilan tema tentang kematian, Chairil Anwar menulis puisi yang bersifat filosofis dan membuat kita merenung, mengeksplorasi tema tentang keterbatasan manusia dan keridhaan terhadap nasib yang tak dapat diubah.