Swarawarta.co.id – Baru-baru ini, BPOM mengungkap alasan mengapa Roti Aoka buatan PT Family Bakery Indonesia di Bandung bisa bertahan lama hingga berbulan-bulan. Menurut Ema Setyawati, Plt.
Deputi III Pengawasan Pangan Olahan BPOM, hal ini terjadi karena adanya penggunaan teknologi pengawetan.
“Teknologi pengawetan itu macem-macem bisa diberikan pengawet itu sendiri, bisa dengan cara produksi olahan pangan yang baik dengan teknologi pengawetan,” kata Ema dalam konferensi pers, Kamis (25/7/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ema menjelaskan, ada beberapa metode pengawetan yang bisa diterapkan pada produk pangan olahan, termasuk roti, seperti sterilisasi pemanasan, pasteurisasi, dan F0.
“Nah ada juga dengan teknologi lain misalnya dengan menerapkan produksi secara aseptis, misalnya dengan membunuh bakteri dengan sinar tertentu, misalnya sinar UV,” jelasnya.
Dengan teknik-teknik tersebut, suatu produk dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi selama masa simpan yang telah didaftarkan ke BPOM.
Baca Juga: Heboh Punya Daya Tahan Lama, BPOM Klaim Aoka Tak Mengandung Bahan Kosmetik
Sebelumnya, Roti Aoka sempat dituding mengandung Sodium Dehydroacetate, zat pengawet yang diduga menyebabkan masa simpannya bisa mencapai 3 bulan, jauh lebih lama dibandingkan roti merek terkenal lainnya yang hanya bertahan 1-2 minggu.
Namun, setelah dilakukan pengujian oleh BPOM pada 28 Juni 2024, ternyata Roti Aoka tidak mengandung zat tersebut.
“Jadi kalau roti dengan masa simpan tiga bulan ya mungkin saja kalau dia menggunakan teknologi pengawetan yang tadi saya sampaikan,” ucapnya.
Keberadaan Roti Aoka kini semakin meluas, tidak hanya di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas, tetapi juga telah merambah ke toko-toko kelontong dengan harga yang terjangkau, yaitu sekitar Rp3.000 – Rp4.000 per bungkus.
Baca Juga: Roti Aoka diklaim Mengandung Bahan Kosmetik, Perusahaan Buka Suara
Hal ini membuat Roti Aoka semakin eksis di berbagai lapisan masyarakat.