SwaraWarta.co.id – Gelombang panas ekstrem melanda sebagian besar wilayah Amerika Serikat pada musim panas ini.
Sebagian besar wilayah California, Nevada, Arizona, dan Utah kini berada dalam peringatan suhu panas ekstrem, sebagaimana dilaporkan oleh data resmi dan berbagai media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada Kamis, 11 Juli, lebih dari 60 juta penduduk AS menerima peringatan mengenai gelombang panas dari Layanan Cuaca Nasional AS.
Suhu musim panas ini di beberapa negara bagian di AS bagian barat kadang-kadang berkisar antara 10 hingga 30 derajat di atas rata-rata, menurut laporan The New York Times pada Jumat, 12 Juli.
Dampaknya semakin terlihat di unit gawat darurat (UGD) di seluruh negeri. Para pekerja medis menghadapi pasien-pasien yang menderita sengatan panas, dengan suhu tubuh yang melonjak dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Pada tahun 2023, sekitar 2.300 orang meninggal akibat berbagai penyakit terkait suhu panas di AS. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan rata-rata tahunan antara tahun 2004 hingga 2018.
Pada tahun yang sama, hampir 120.000 kunjungan UGD terkait suhu panas dilaporkan di seluruh AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Gelombang panas yang luar biasa ini telah menempatkan jutaan orang di bawah tekanan besar.
Banyak penduduk yang tinggal di daerah terdampak harus berjuang dengan suhu yang sangat tinggi, yang tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari tetapi juga meningkatkan risiko kesehatan yang serius.
Beberapa ahli iklim menyatakan bahwa perubahan iklim berperan besar dalam peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas.
Kombinasi suhu tinggi dan kelembaban dapat menciptakan kondisi yang sangat berbahaya bagi manusia.
Risiko terkena sengatan panas dan penyakit terkait lainnya meningkat drastis dalam kondisi seperti ini.
Layanan Cuaca Nasional AS telah mengeluarkan berbagai tips dan peringatan untuk membantu masyarakat mengatasi gelombang panas.
Mereka menyarankan agar penduduk tetap terhidrasi, menghindari aktivitas fisik berat pada siang hari, dan mencari tempat yang lebih sejuk jika memungkinkan.
Pusat-pusat pendingin sementara juga didirikan di beberapa daerah untuk membantu mereka yang tidak memiliki akses ke pendingin udara.
Rumah sakit dan fasilitas medis lainnya juga telah meningkatkan kesiapan mereka untuk menangani lonjakan pasien akibat gelombang panas.
Banyak yang telah menambah staf dan persediaan medis untuk memastikan mereka dapat merespons dengan cepat dan efektif terhadap keadaan darurat terkait panas.
Situasi ini juga memicu diskusi tentang perlunya langkah-langkah jangka panjang untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Beberapa komunitas mulai mempertimbangkan strategi adaptasi seperti peningkatan ruang hijau di perkotaan untuk membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan.
Selain itu, ada dorongan untuk memperbaiki infrastruktur energi agar lebih tahan terhadap kondisi ekstrem, dan memastikan akses yang adil terhadap alat-alat pendingin udara.
Kesadaran tentang pentingnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin meningkat di kalangan pembuat kebijakan dan masyarakat umum.
Mereka menyadari bahwa gelombang panas ekstrem yang semakin sering terjadi bukanlah anomali, tetapi bagian dari tren yang lebih besar yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Pemerintah dan berbagai organisasi terus bekerja sama untuk mencari solusi yang efektif dalam menghadapi tantangan ini.
Edukasi publik tentang risiko kesehatan terkait suhu ekstrem dan cara pencegahannya menjadi prioritas.
Upaya kolektif ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif gelombang panas di masa mendatang dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim.
Dengan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca global, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada dan proaktif dalam menghadapi tantangan ini.
Hanya dengan upaya bersama kita dapat melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat dari ancaman yang semakin meningkat ini.***