Satu keluarga di Medan temukan beras yang diduga sintetis (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Salah satu keluarga di Medan tidak jadi mengkonsumsi nasi lantaran adanya isu beras sintetis
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Teti warga Medan Baru mengungkapkan bahwa beras yang dibelinya merupakan sintetis lantaran keluar aroma plastik saat dimasak.
Dirinya mengaku harga beras yang dibelinya juga tergolong murah dari harga asli. Biasanya harga beras 10 kg sekitar Rp 150.000.
Namun saat membeli beras tersebut, Teti mengaku hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 145.000.
Teti menyadari bahwa beras tersebut berbeda lantaran teksturnya tidak seperti beras pada umumnya.
Kecurigaan warga tersebut semakin meningkat setelah beras yang dimasak keras dan lentur layaknya plastik.
Bahkan beras tersebut mampu membal dengan jarak hingga 10 cm. Tanda tersebut Teti ketahui dari suaminya yang mencari informasi melalui Tik Tok.
Saat beras tersebut dimasak hasilnya juga berbeda dengan nasi pada umumnya. Hal inilah yang membuat keluarga tersebut khawatir.
Tidak sampai disitu saja, Teti juga memilih untuk merendam dan membakar nasi dari beras yang telah dibelinya.
Saat nasi tersebut dibakar, tercium aroma lelehan seperti plastik. Cara ini ditempuh Teti atas saran dari anaknya.
Hanya saja saat direndam dengan air, beras tersebut tidak mengembang. Padahal jika plastik harusnya mengembang.
“Nah, makin ragu kita kan. Anak saya searching ciri-ciri beras sintetis dan cara uji cobanya. Pas cara pertama, disuruh dibakar namun pas dibakar itu seperti air meleleh dan baunya itu bau bakar seperti bau plastik dibakar. Tapi pas cara kedua, waktu direndam dengan air, berasnya itu tidak mengambang karena pas baca di Google katanya kan kalau plastik mengambang,” ujarnya.
Dari keraguannya terkait dengan nasi hasil beras yang dibelinya, satu keluarga tersebut memilih untuk tidak memakannya.
Teti menyebutkan bahwa dirinya lantas memilih membeli beras ke kilang padi dan sang suami memilih stok jagung hingga kentang.
Dirinya menyebutkan lebih baik mengeluarkan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan mengonsumsi beras plastik.
Dilain sisi, suami Teti sendiri tipikal orang yang paranoid terkait dengan makanan sehingga memilih untuk menyetok jagung dan kentang.
Setelah memutuskan untuk tidak mengkonsumsi nasi hasil beras tersebut,satu keluarga asal Medan itu memilih mengonsumsi jagung.
Hal itu lebih baik ketimbang harus mengonsumsi beras sintetis yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.