Swarawarta.co.id – Situasi di perbatasan antara Israel dan Lebanon kembali memanas seiring dengan serangkaian serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel dalam beberapa hari terakhir.
“Jumlah korban dalam serangan yang dilancarkan oleh musuh Israel di kota Zibqin meningkat menjadi dua orang tewas,” kata kementerian kesehatan dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Senin (7/4/2025).
Serangan-serangan ini menyasar sejumlah target yang diklaim sebagai bagian dari infrastruktur militer kelompok Hizbullah serta militan Palestina.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut pernyataan resmi dari pihak militer Israel, dua operasi militer Hizbullah di wilayah Zibqin menjadi target utama serangan terbaru.
Israel menyatakan bahwa tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pembangunan kembali fasilitas yang dianggap sebagai bagian dari jaringan “teror” Hizbullah, kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang sedang dijalankan oleh Amerika Serikat.
Wakil utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus, dilaporkan tengah berada di Lebanon untuk membahas situasi keamanan di wilayah selatan negara itu bersama sejumlah pejabat senior Lebanon.
Meski terdapat upaya diplomasi, serangan udara terus berlangsung, menunjukkan rapuhnya situasi keamanan yang ada.
Gencatan senjata yang diumumkan pada akhir November 2024 sempat memberikan harapan akan meredanya ketegangan yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.
Namun, nyatanya konflik terus bereskalasi. Serangkaian serangan udara dari Israel sejak awal pekan lalu telah menewaskan sejumlah tokoh penting dari kelompok bersenjata yang beroperasi di Lebanon.
Pada Jumat lalu, serangan Israel menewaskan seorang komandan dari kelompok Hamas di kota pelabuhan Sidon, Lebanon selatan.
Tragisnya, serangan tersebut juga menewaskan kedua anak dari komandan tersebut. Sehari sebelumnya, Israel kembali melancarkan serangan udara yang menargetkan anggota Hizbullah di wilayah selatan Lebanon.
Tak hanya itu, pada Selasa, Israel melakukan serangan udara di wilayah selatan Beirut yang menewaskan seorang perwira penghubung Palestina yang tergabung dalam Hizbullah. Serangan ini merupakan yang kedua kalinya di ibu kota Lebanon sejak gencatan senjata akhir November lalu.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengonfirmasi bahwa empat orang tewas akibat serangan tersebut, termasuk satu orang perempuan.
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Dengan serangan yang terus berlanjut dan korban sipil yang terus berjatuhan, masyarakat internasional semakin mendesak agar kedua pihak menahan diri dan mengupayakan penyelesaian damai secara diplomatis.
Konflik berkepanjangan ini tidak hanya mengancam stabilitas kawasan, tetapi juga memperburuk kondisi kemanusiaan di Lebanon, negara yang tengah bergulat dengan krisis ekonomi dan politik dalam negeri.
Harapan akan terciptanya kedamaian sejati di kawasan ini masih tampak jauh dari kenyataan.