SwaraWarta.co.id – Lawar adalah salah satu kuliner khas Bali yang lebih dari sekadar hidangan tradisional.
Perpaduan antara sayur, daging cincang, dan kelapa berbumbu ini bukan hanya menggugah selera, tetapi juga mencerminkan nilai budaya dan spiritual masyarakat Bali.
Makanan ini biasa disajikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga sering hadir dalam berbagai upacara keagamaan, terutama saat perayaan Hari Raya Galungan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut informasi dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng (Rabu, 23/4/2025), lawar dibuat dengan rempah-rempah khas seperti kemiri, jahe, bawang, dan terasi, yang memberikan aroma dan rasa yang kaya dan kompleks.
Daging babi sering digunakan dalam lawar, meskipun ada juga variasi yang menggunakan daging lain.
Ada beberapa jenis lawar yang terkenal, di antaranya lawar merah, lawar putih, dan lawar padamare.
Lawar merah menggunakan darah babi atau sapi, yang memberikan rasa yang lebih kuat.
Lawar putih tidak menggunakan darah, tetapi tetap mempertahankan rasa asli lawar.
Lawar padamare adalah gabungan dari berbagai jenis lawar dalam satu piring, menjadi sajian yang istimewa.
Selain enak, lawar juga mengandung makna simbolis dan religius. Warna dan bahan-bahan dalam lawar melambangkan berbagai dewa Hindu.
Misalnya, darah yang digunakan untuk Dewa Brahma dan kelapa untuk Dewa Iswara. Dalam banyak upacara keagamaan, lawar menjadi bentuk rasa syukur dan simbol keseimbangan hidup.
Proses pembuatan lawar yang dilakukan bersama-sama juga mencerminkan semangat gotong royong dan kekeluargaan yang sangat dihargai oleh masyarakat Bali.
Selain sebagai hidangan yang nikmat, lawar juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat, karena banyak warung makan dan usaha kuliner rumahan yang menjual Lawar Bali.