Swarawarta.co.id – Israel kembali memperluas operasi militernya di Gaza dengan merebut lebih banyak wilayah yang disebut sebagai bagian dari “zona keamanan.”
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan bahwa langkah ini bertujuan untuk mengamankan wilayah strategis serta menekan pengaruh Hamas di Gaza.
Serangan udara dan penembakan artileri yang terus berlanjut di sepanjang perbatasan Mesir telah menyebabkan puluhan korban jiwa, termasuk anak-anak.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam serangan terbaru, sedikitnya 15 warga Palestina tewas, sementara tim penyelamat menemukan 12 jenazah di Khan Younis.
Militer Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi kepada sekitar 140.000 warga di Rafah dan beberapa bagian Gaza utara. Selain itu, Israel memperluas zona penyangga yang sebelumnya hanya ada di sekitar perbatasan dengan Israel, kini mencakup wilayah di perbatasan Mesir. Koridor Netzarim yang membelah Gaza juga dikuasai oleh Israel, semakin mempersempit ruang gerak warga Palestina.
Langkah ini memicu kekhawatiran akan semakin memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, yang sejak awal konflik telah mengalami krisis berkepanjangan.
Forum Sandera dan Keluarga Hilang di Israel menyatakan kekecewaan terhadap keputusan pemerintah yang lebih fokus pada ekspansi militer dibandingkan negosiasi pembebasan sandera.
Dalam pernyataannya, kelompok ini mendesak pemerintah untuk lebih memprioritaskan keselamatan para sandera yang masih ditahan Hamas.
Di sisi lain, Katz menyerukan agar warga Gaza berupaya menyingkirkan Hamas dan membebaskan sandera Israel, meskipun tidak menjelaskan bagaimana hal itu dapat dilakukan.
Sejak 2 Maret 2025, Israel menolak mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, menjadikannya pemblokiran bantuan terlama sejak perang dimulai.
Kondisi di lapangan semakin memburuk setelah serangan Israel menewaskan delapan petugas medis Palestina, enam responden pertama, serta seorang anggota staf PBB di Gaza selatan.
Situasi ini mendorong PBB untuk mengurangi operasionalnya di wilayah tersebut.
Konflik ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera.
Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza yang hingga kini telah merenggut lebih dari 50.399 nyawa, menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Dengan semakin meningkatnya ketegangan dan berlanjutnya serangan, masyarakat internasional terus menyerukan gencatan senjata, meski hingga kini belum ada solusi yang tercapai.