SwaraWarta.co.id – Pemerintah Vietnam bersiap mengambil langkah tegas terhadap barang-barang asal Tiongkok yang dikirim ke Amerika Serikat lewat wilayahnya.
Langkah ini diambil untuk mencegah penyelundupan dagang dan menghindari tuduhan membantu Tiongkok lolos dari tarif tinggi yang dikenakan AS. Informasi ini dilansir dari US News, Jumat (11 April 2025).
Vietnam juga berencana memperketat pengawasan terhadap ekspor barang-barang sensitif ke Tiongkok.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah ini muncul setelah muncul kekhawatiran dari pejabat Amerika soal dugaan bahwa barang-barang dari Tiongkok diberi label palsu “Made in Vietnam” agar lolos dari bea masuk yang mahal.
Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menyampaikan bahwa Tiongkok menggunakan Vietnam untuk melakukan transhipment, yaitu mengalihkan barang melalui negara ketiga, demi menghindari tarif tinggi dari AS.
“China menggunakan Vietnam untuk melakukan transhipment (pemindahan barang) guna menghindari tarif,” kata Navarro di Fox News, Minggu (6/4/2025).
Langkah Vietnam ini dianggap sebagai strategi diplomatik untuk menenangkan hubungan dagang dengan Amerika.
Namun, harapan tersebut belum membuahkan hasil. Pemerintahan Donald Trump tetap memberlakukan tarif tinggi, yakni 46 persen terhadap sejumlah produk asal Vietnam.
Kedua negara pun sepakat memulai pembicaraan perdagangan, terutama setelah pertemuan antara Wakil Perdana Menteri Vietnam dan perwakilan dagang AS.
Vietnam, yang ekonominya sangat bergantung pada ekspor, berharap tarif tersebut bisa diturunkan menjadi 22 hingga 28 persen
Pemerintah Vietnam juga menyatakan siap menindak praktik curang dalam perdagangan, meskipun belum ada penjelasan rinci tentang langkah yang akan diambil.
Banyak perusahaan multinasional sebelumnya menerapkan strategi “China plus one”, yaitu dengan memindahkan sebagian pabrik dari Tiongkok ke negara lain, termasuk Vietnam, agar tidak terlalu bergantung pada Tiongkok.
Namun, posisi Vietnam jadi cukup rumit. Di satu sisi, Vietnam ingin menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat sebagai mitra dagang dan keamanan.
Di sisi lain, Vietnam juga tak ingin merusak hubungannya dengan Tiongkok, tetangga sekaligus investor besar.
Untuk menyikapi situasi ini, pemerintah Vietnam menggelar rapat darurat pada 3 April lalu, beberapa jam setelah Presiden Trump mengumumkan tarif baru.
Dalam rapat tersebut, mereka membahas kekhawatiran Amerika tentang pelanggaran hak kekayaan intelektual dan praktik transhipment ilegal.
Kementerian Perdagangan dan otoritas bea cukai Vietnam diperintahkan untuk memperketat pengawasan ekspor dan merancang rencana pemberantasan praktik dagang curang.
Rencana ini ditargetkan selesai dalam dua minggu, dan bisa diperpanjang sampai akhir April, sambil tetap memperhatikan hubungan sensitif dengan Tiongkok.