Swarawarta.co.id – Kondisi layanan kesehatan di Gaza semakin memburuk akibat minimnya pasokan obat-obatan dan fasilitas medis.
Menurut Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Munir Al-Bursh, saat ini 80% pasien di wilayah tersebut tidak dapat mengakses obat-obatan penting yang mereka butuhkan.
Berbicara kepada Kantor Berita Sama, Dr. Al-Bursh menyoroti penurunan drastis dalam sektor perawatan kesehatan, yang berisiko menyebabkan kematian sewaktu-waktu akibat keterbatasan sumber daya medis.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Krisis ini diperburuk oleh serangan yang terus berlanjut terhadap infrastruktur medis dan penghambatan distribusi bantuan kesehatan ke wilayah tersebut.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini telah terjadi 4.500 kasus amputasi di Jalur Gaza.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 800 korban adalah anak-anak, sementara 540 lainnya adalah wanita.
Kondisi ini semakin memperjelas betapa seriusnya dampak konflik terhadap kehidupan masyarakat sipil.
Serangan terhadap fasilitas medis dan rumah sakit juga menjadi ancaman besar bagi kualitas layanan kesehatan di Gaza.
Dr. Al-Bursh menegaskan bahwa tindakan seperti blokade pasokan obat-obatan, penghentian bantuan medis, serta serangan terhadap rumah sakit lapangan semakin memperparah situasi yang ada.
Di tengah kondisi ini, Gaza sangat membutuhkan dukungan dari komunitas internasional untuk memastikan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai dan menyelamatkan ribuan nyawa yang saat ini berada dalam kondisi kritis.