SwaraWarta.co.id – Deteksi dini kanker usus besar sangat penting untuk menurunkan risiko penyakit ini. Ada tiga metode skrining yang umum digunakan, yaitu kolonoskopi, tes berbasis tinja, dan tes darah.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga penting untuk memilih yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
1. Kolonoskopi: Metode Paling Akurat
Kolonoskopi dianggap sebagai metode skrining terbaik karena memungkinkan dokter untuk langsung mengangkat polip yang berpotensi menjadi kanker.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan tabung kecil dengan kamera melalui anus untuk memeriksa usus besar. Jika ditemukan polip atau pertumbuhan abnormal, dokter bisa segera mengangkatnya.
Namun, kolonoskopi memiliki beberapa kekurangan. Pasien harus melakukan persiapan khusus dengan membersihkan usus sebelum prosedur, yang bisa terasa tidak nyaman.
Selain itu, prosedur ini memerlukan obat penenang, sehingga pasien mungkin perlu beristirahat seharian setelahnya.
Kolonoskopi juga tergolong mahal, tetapi biasanya ditanggung oleh asuransi kesehatan, terutama bagi mereka yang berusia 45 tahun ke atas.
2. Tes Berbasis Tinja: Alternatif yang Bisa Dilakukan di Rumah
Bagi yang ingin melakukan pemeriksaan tanpa harus menjalani kolonoskopi, ada tes berbasis tinja yang bisa dilakukan di rumah. Tiga jenis tes yang umum digunakan adalah:
Tes DNA tinja (Cologuard): Mendeteksi perubahan DNA dalam tinja yang berhubungan dengan polip atau kanker.
Tes kekebalan tinja (FIT): Mendeteksi adanya darah tersembunyi dalam tinja yang bisa menjadi tanda kanker.
Tes darah okultisme tinja guaiac (FOBT): Mirip dengan FIT, tetapi menggunakan metode berbeda untuk mendeteksi darah dalam tinja.
Jika hasil tes tinja menunjukkan adanya kelainan, pasien harus menjalani kolonoskopi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun, tes ini tidak 100% akurat dan bisa melewatkan beberapa polip. Oleh karena itu, tes ini harus diulang setiap 1–3 tahun.
3. Tes Darah: Pilihan Noninvasif yang Mudah Dilakukan
Metode lain untuk mendeteksi kanker usus besar adalah melalui tes darah yang dilakukan di klinik atau dokter umum. Tes ini lebih praktis karena tidak memerlukan persiapan khusus seperti kolonoskopi atau pengambilan sampel tinja.
Meskipun tes darah lebih nyaman, tingkat akurasinya lebih rendah dibandingkan metode lain. Tes ini hanya mampu mendeteksi sekitar 12–13% polip stadium lanjut. Jika hasilnya positif, pasien tetap perlu menjalani kolonoskopi untuk memastikan diagnosis.