SwaraWarta.co.id – Puasa Ramadhan adalah ibadah wajib yang memiliki waktu dan aturan spesifik dalam Islam. Salah satu hal yang dilarang adalah memulai puasa sebelum tanggal 1 Ramadan tiba.
Larangan ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW: “Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa pada hari itu, maka boleh baginya berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim). Lantas, apa hikmah di balik larangan ini?
Dasar Larangan dalam Syariat
Islam menekankan pentingnya mengikuti ketentuan waktu ibadah. Puasa Ramadhan dimulai ketika hilal (bulan sabit) terlihat atau setelah genap 30 hari bulan Syakban.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mendahului puasa sebelum kepastian masuknya Ramadhan dianggap melanggar ketetapan syariat. Rasulullah SAW juga melarang puasa pada akhir Syakban untuk membedakan antara puasa sunah dan puasa wajib.
Hikmah di Balik Larangan
- Menjaga Kesucian Ramadan
Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri sebagai bulan turunnya Al-Qur’an dan waktu pengampunan dosa. Dengan tidak mendahului puasa, umat Islam belajar menghormati batas waktu yang telah Allah tetapkan. Ini mengajarkan disiplin dalam beribadah dan mencegah sikap berlebihan yang justru bertentangan dengan prinsip moderasi dalam Islam. - Mencegah Perpecahan
Larangan ini juga menjaga keseragaman umat dalam memulai puasa. Jika sebagian orang berpuasa lebih awal sambil menunggu kepastian hilal, hal ini berpotensi menimbulkan perbedaan jadwal dan mengganggu persatuan. Padahal, kesatuan dalam ibadah adalah simbol kekuatan umat Islam. - Menjaga Kesehatan
Puasa sebulan penuh membutuhkan persiapan fisik dan mental. Mendahului puasa tanpa jeda dari Syakban ke Ramadan bisa menyebabkan kelelahan dini, sehingga mengurangi semangat menjalani Ramadan secara optimal. Tubuh juga perlu beradaptasi secara bertahap dengan perubahan pola makan dan istirahat. - Menghindari Bid’ah
Islam sangat menjaga kemurnian ibadah dari praktik yang tidak dicontohkan Nabi SAW. Puasa sebelum Ramadhan tanpa alasan syar’i (seperti puasa qadha atau nazar) bisa dianggap bid’ah. Ini mengajarkan umat untuk selalu merujuk pada tuntunan Rasulullah SAW dalam beribadah.
Pengecualian dalam Larangan
Meski dilarang, ada pengecualian bagi yang terbiasa puasa sunah (seperti Senin-Kamis atau puasa Daud). Jika kebiasaan itu bertepatan dengan akhir Syakban, puasa tetap diperbolehkan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang ibadah sunah, asalkan sesuai dengan tuntunan.
Larangan mendahului puasa Ramadhan bukan sekadar aturan formal, tetapi mengandung hikmah besar bagi keimanan, kesehatan, dan persatuan umat.
Dengan mematuhinya, kita menunjukkan ketaatan pada syariat sekaligus mempersiapkan diri secara holistik untuk meraih keberkahan Ramadhan. Mari jadikan bulan suci ini sebagai momentum memperkuat ikatan dengan Allah dan sesama, sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Dengan memahami hikmah ini, diharapkan umat Islam dapat lebih bijak dalam menyambut Ramadhan tanpa tergesa-gesa, namun tetap penuh semangat dan keikhlasan.