SwaraWarta.co.id – Seorang pendaki bernama Abu Khoir dilarang mendaki gunung di seluruh Jawa setelah membuat konten yang menampilkan dirinya pura-pura buang air kecil di Tlogo Kuning, Gunung Lawu, Karanganyar.
Keputusan ini diambil setelah Abu Khoir bertemu dengan pihak Basecamp Cetho, Karanganyar, pada Minggu (2/2/2025).
Sebagai sanksi, ia harus menghapus video tersebut, membuat surat pernyataan tertulis, dan menerima larangan mendaki di seluruh gunung di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Relawan Gunung Lawu, Eko Supardi, menyatakan bahwa keputusan ini telah disepakati oleh Abu Khoir dan para relawan.
“Yang pertama disuruh take down videonya. Jadi untuk menghapus video yang sudah di-upload di media sosial. Kedua membuat surat pernyataan tertulis. Ketiga di-blacklist di gunung se-Jawa,” kata relawan Cetho, Eko Supardi, Minggu (2/2)
Meski demikian, larangan ini tidak memiliki batas waktu tertentu. Eko menjelaskan bahwa keputusan untuk mencabut sanksi tergantung pada sikap Abu Khoir di masa depan.
Jika ia menunjukkan itikad baik dan bisa mendapatkan kembali kepercayaan pihak basecamp, maka kemungkinan larangan tersebut bisa dibahas kembali.
Menurut Eko, kejadian ini menjadi pelajaran bagi para pendaki agar lebih berhati-hati dalam membuat konten di media sosial.
“Jangka waktu tidak bisa ditentukan tinggal etika pendaki itu bagaimana ke basecamp, mungkin nanti sudah ambil hati temen basecamp ibarat dapat poin plus kita bisa bicarakan di kemudian hari,” jelasnya.
“Untuk pelajaran teman-teman pendaki, iya jera, kita bisa buat konten tapi harus ibarat di Sosmed harus hati-hati biar tidak sak-sake (seenaknya),” sambung Eko.
Tlogo Kuning sendiri merupakan lokasi yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar Gunung Lawu. Tempat ini masih digunakan sebagai tempat sembahyang dan ritual keagamaan.
Oleh karena itu, para pendaki diimbau untuk menjaga sikap dan menghormati kepercayaan yang ada agar tidak menimbulkan masalah.
Video yang dibuat Abu Khoir menampilkan dirinya berpura-pura kencing di Tlogo Kuning. Namun, dalam keterangan unggahannya, ia mengklaim bahwa air yang digunakan hanyalah air dari botol minuman, bukan air seni sungguhan.
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi para pendaki untuk selalu menghormati adat dan budaya setempat serta tidak sembarangan dalam membuat konten demi popularitas di media sosial.