SwaraWarta.co.id – Direktorat Siber Polda Metro Jaya mengungkapkan motif di balik aksi pasangan suami istri berinisial IG (39) dan KS (39) yang menggelar pesta seks dan bertukar pasangan melalui sebuah situs web.
Menurut pihak kepolisian, mereka awalnya melakukan kegiatan tersebut karena dorongan hasrat seksual, di mana salah satu pasangan merasa tidak bisa berhubungan seksual tanpa melibatkan orang lain.
“Yang bersangkutan motif yang pertama adalah motif hasrat seksual. Jadi dari salah satu pasangannya, yang selalu berfantasi tidak bisa untuk melakukan hubungan seksual layaknya seorang dewasa apabila tidak ada orang lain,” Kata Dirressiber Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Roberto G.M Pasaribu saat konferensi pers di Jakarta, Jumat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, selain itu, kedua pelaku kemudian beralih ke motif ekonomi setelah melihat kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
Mereka membuat situs web untuk mempromosikan acara tersebut. Untuk bergabung, calon peserta harus diseleksi terlebih dahulu.
“Nah dari sini mereka berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan motif ekonomi yakni mempromosikan acara tersebut melalui website yang dibuatnya. Jika ada orang yang ingin ikut akan diseleksi terlebih dahulu, ” katanya.
Video yang diunggah adalah potongan-potongan untuk menarik lebih banyak orang agar bergabung dan mengisi forum di situs tersebut.
Penangkapan pelaku dimulai dari patroli siber yang dilakukan Direktorat Reserse Siber pada 12 Desember 2024. Saat itu, ditemukan situs web bernama ‘swxxx.com’.
Ternyata, pasangan ini telah mengadakan lebih dari 10 kali pesta seks bertukar pasangan melalui situs tersebut sejak 2018.
Saat ini, penyidikan menunjukkan ada 17.732 anggota, 2.788 thread, dan 20.423 balasan yang berisi ajakan untuk pesta seks dan bertukar pasangan.
Selain itu, juga ditemukan berbagai dokumen dan informasi elektronik yang berhubungan dengan kesusilaan di situs tersebut.
Polda Metro Jaya menangkap pasangan ini di Badung, Bali. Dari informasi yang diperoleh, mereka menggunakan situs tersebut untuk mengundang orang-orang yang memiliki fantasi serupa dan bergabung secara gratis.
Namun, tanpa seizin peserta, mereka merekam, menyebarkan, dan menjual video kegiatan pesta seks tersebut.