SwaraWarta.co.id – Dari hubungan internasional, bergabungnya Indonesia dengan kelompok ekonomi BRIC (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 8 persen.
Pemerhati Ekonomi Internasional, Aditya Wardono, menyatakan bahwa target pertumbuhan sebesar itu membutuhkan upaya besar, terutama di tengah kondisi global yang terfragmentasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Aditya, pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan peluang investasi dari negara-negara anggota BRIC untuk mencapai target tersebut.
Sebagai contoh, Indonesia dapat mengakses minyak dengan harga lebih murah dari Rusia, yang berpotensi mengurangi biaya energi domestik.
Ia juga menjelaskan bahwa keputusan pemerintah untuk bergabung dengan BRIC telah melalui pertimbangan matang.
Salah satu tujuan utama adalah memperluas akses pasar ekspor dan tidak hanya bergantung pada negara-negara mitra dagang tradisional.
Negara-negara BRIC dianggap menawarkan potensi pasar yang lebih besar dan diversifikasi ekonomi yang lebih luas.
Selain itu, keanggotaan dalam BRIC memberikan Indonesia alternatif sumber pendanaan.
Aditya menyoroti keberadaan New Development Bank yang didirikan oleh BRIC sebagai lembaga pembiayaan infrastruktur, yang menjadi opsi selain lembaga tradisional seperti IMF dan Bank Dunia.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menjalin kerja sama dengan BRIC, terutama dengan adanya dinamika politik global.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, misalnya, dapat membawa tantangan baru.
Kebijakan proteksionisme yang pernah diterapkan, seperti kenaikan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan negara-negara Eropa, bisa memengaruhi hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara non-BRIC.
Aditya menekankan bahwa Indonesia harus tetap cermat dalam mengambil langkah agar manfaat dari keanggotaan BRIC dapat dioptimalkan tanpa mengorbankan hubungan dengan mitra dagang lainnya.***