SwaraWarta.co.id – Diberitakan bahwa memasuki pekan pertama Januari 2025, harga telur ayam ras di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan.
Berdasarkan data rata-rata nasional, harga telur mencapai Rp31.922 per kilogram, melampaui Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan sebesar Rp30.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
![ads](https://www.swarawarta.co.id/wp-content/uploads/2024/07/Saatnya-Bisnismu-1.png)
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa kenaikan ini telah melampaui batas acuan yang berlaku.
Dalam keterangannya pada Rabu (8/1/2025), ia menyebutkan bahwa harga tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 3,78 persen dibandingkan dengan bulan Desember 2024.
Selain mencatat kenaikan harga secara nasional, beberapa daerah menunjukkan lonjakan harga yang jauh lebih tinggi.
Kabupaten Memberamo Tengah di Papua menjadi wilayah dengan harga telur tertinggi, mencapai Rp100.000 per kilogram.
Sementara itu, di Kabupaten Kepulauan Anambas, Sumatera, harga telur tercatat sebesar Rp42.000 per kilogram.
Fenomena ini menunjukkan adanya disparitas harga yang cukup besar antarwilayah di Indonesia.
Perbedaan ini diduga kuat dipengaruhi oleh tantangan dalam distribusi dan logistik pangan, terutama di daerah-daerah terpencil yang memiliki akses terbatas.
Amalia menekankan perlunya penguatan distribusi dan logistik pangan untuk mengatasi ketimpangan harga tersebut.
Menurutnya, langkah ini sangat penting untuk menjaga stabilitas harga pangan, sehingga masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dapat menikmati harga yang lebih merata.
Distribusi yang efektif tidak hanya akan membantu menekan biaya transportasi, tetapi juga memastikan pasokan telur tersedia secara cukup di daerah-daerah dengan akses sulit.
Dengan demikian, masyarakat di wilayah terpencil tidak perlu membayar harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Kenaikan harga telur ayam ras ini berpotensi memberikan dampak yang cukup besar, terutama bagi rumah tangga dan pelaku usaha kecil yang mengandalkan telur sebagai bahan baku utama.
Telur merupakan salah satu sumber protein yang paling terjangkau bagi masyarakat, sehingga kenaikan harga dapat memengaruhi pola konsumsi.
Di sisi lain, pelaku usaha kecil seperti penjual makanan berbahan dasar telur juga mungkin terpaksa menaikkan harga jual produk mereka.
Hal ini berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, terutama di tengah tantangan ekonomi yang masih berlangsung.
Untuk mengatasi kenaikan harga ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis.
Selain memperkuat distribusi dan logistik pangan, perlu ada pengawasan yang lebih ketat terhadap rantai pasok telur ayam ras.
Kebijakan yang mendukung kestabilan harga, seperti subsidi transportasi untuk wilayah terpencil, juga dapat menjadi solusi jangka pendek.
Selain itu, edukasi kepada peternak tentang manajemen produksi yang efisien dapat membantu menjaga kestabilan pasokan telur.
Dengan demikian, kenaikan harga yang signifikan seperti ini dapat diminimalkan di masa depan.
Kenaikan harga telur ayam ras di awal Januari 2025 menjadi perhatian penting, terutama karena melampaui acuan nasional.
Disparitas harga yang signifikan di berbagai daerah menunjukkan adanya tantangan dalam distribusi dan logistik pangan yang perlu segera diatasi.
Langkah-langkah strategis dari pemerintah, termasuk penguatan distribusi dan kebijakan yang mendukung stabilitas harga, sangat dibutuhkan untuk menjaga akses masyarakat terhadap kebutuhan pangan yang terjangkau.
Dengan upaya bersama, diharapkan harga telur ayam ras dapat kembali stabil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.***