Swarawarta.co.id – Tingkat penggunaan kondom di Indonesia menunjukkan fenomena yang menarik, terutama menjelang pergantian tahun.
Pembelian kondom di berbagai wilayah Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada saat jelang merayakan tahun baru, yang mengindikasikan tingginya kesadaran masyarakat akan perlunya kontrasepsi.
Namun, sebuah temuan terbaru mengungkapkan bahwa masih banyak orang yang tidak tahu cara penggunaan kondom yang benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dari jurnal Contraception dalam pafikabgunungkidul.org menyebutkan bahwa penggunaan kondom tak menjamin 100 persen pencegahan kehamilan.
Kinerja kondom akan maksimal untuk mencegah kehamilan jika dipakai dengan cara yang tepat.
Sekitar 12 persen pasangan dari 800 orang yang disurvei mengakui bahwa mereka menggunakan kombinasi kondom dengan konsumsi pil KB.
Debby Herbenick, penulis studi sekaligus pendidik kesehatan seksual di Kinsey Institute dalam pafikotapalembang.org, menyarankan agar pasangan yang sangat serius mengontrol kehamilan dapat menggabungkan kondom dengan pil KB.
Menurutnya, meskipun pil KB dan kondom tidak selalu sempurna, penggunaan keduanya bisa meningkatkan perlindungan ekstra dua kali lipat.
Dikutip dari Women’s Health dalam pafituban.org, hanya sekitar 59 persen dari 12 persen pasangan yang benar-benar memakai kondom sampai hubungan seksual mereka selesai.
Namun, fakta mengejutkan mengungkapkan bahwa sekitar 41 persen pasangan tidak memakai kondom dengan cara yang benar.
Jurnal ini juga melaporkan bahwa 35 persen orang yang disurvei ternyata ‘kalah sebelum perang’.
Sejak awal, mereka sudah tidak ingin menggunakan kondom sama sekali.
Beberapa orang berpendapat bahwa aktivitas seksual tak akan menyenangkan jika menggunakan kondom.
Sementara itu, enam persen lainnya memilih untuk melepaskan kondom di pertengahan hubungan seksual.
Fenomena ini mencerminkan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai teknik penggunaan kondom yang tepat.
Tanpa penggunaan yang benar, efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual bisa berkurang drastis.
Oleh karena itu, Debby Herbenick menegaskan bahwa pasangan yang serius ingin mengontrol kehamilan perlu menggabungkan penggunaan kondom dengan pil KB untuk perlindungan yang lebih baik.
Meskipun kombinasi ini tidak sepenuhnya menjamin 100 persen mencegah kehamilan, kombinasi tersebut memberikan perlindungan yang lebih kuat dibandingkan hanya mengandalkan salah satu metode kontrasepsi saja.
Selain itu, meskipun kondom menjadi pilihan utama bagi banyak pasangan, banyak yang masih enggan menggunakannya karena merasa kurang nyaman.
Sebanyak 35 persen responden lebih memilih untuk tidak menggunakan kondom sama sekali meskipun tahu akan manfaatnya.
Bagi sebagian orang, penggunaan kondom dianggap mengganggu kenikmatan dalam hubungan seksual.
Sebagian lainnya merasa bahwa penggunaan kondom hanya merusak alur keintiman dan spontanitas.
Sementara itu, enam persen pasangan lainnya memilih untuk melepaskan kondom di pertengahan hubungan seksual, yang dapat mengurangi efektivitas alat kontrasepsi ini.
Penggunaan kondom yang tidak tepat ini menunjukkan perlunya edukasi lebih lanjut mengenai pentingnya penggunaan kontrasepsi yang benar.
Sosialisasi mengenai cara penggunaan kondom yang benar harus lebih gencar dilakukan agar masyarakat bisa mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan penyebaran penyakit menular seksual.
Pendidik kesehatan seksual memegang peran penting dalam memberikan informasi yang tepat tentang cara menggunakan kondom.
Mereka harus menjelaskan dengan jelas bagaimana menggunakan kondom secara efektif untuk mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual.
Selain itu, akses terhadap kondom yang berkualitas dan informasi kesehatan seksual yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung program pengendalian kehamilan dan pencegahan penyakit menular seksual.
Kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kontrasepsi, terutama penggunaan kondom yang benar, dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan teredukasi.
Pemerintah dan berbagai organisasi kesehatan perlu bekerja sama untuk memastikan setiap individu memiliki akses ke informasi yang benar mengenai kontrasepsi dan kesehatan seksual.
Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai cara melindungi diri mereka sendiri dan pasangan mereka dari risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.