SwaraWarta.co.id – Diberitakan, insiden tragis kembali mencoreng dunia penerbangan di penghujung tahun 2024.
Pesawat komersial milik maskapai penerbangan Jeju Air dengan catatan 181 penumpang mengalami kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada hari Minggu, 29 Desember 2024, sekitar pukul 09.27 pagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga sore hari waktu setempat, lebih dari 150 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa ini, menurut laporan Reuters.
Sementara itu, hanya dua orang yang berhasil ditemukan dalam kondisi selamat, ungkap badan pemadam kebakaran setempat.
Menurut laporan Yonhap News, pesawat Jeju Air tersebut berangkat dari Bangkok, Thailand, dengan tujuan akhir Bandara Internasional Muan.
Pesawat dijadwalkan mendarat pada pukul 9.07 pagi waktu setempat. Namun, upaya pendaratan pertama tidak berjalan mulus, memaksa pilot mencoba mendarat kembali.
Dalam proses pendaratan darurat, pesawat tampaknya mengalami kesulitan mengurangi kecepatan.
Akibatnya, pesawat melampaui batas landasan pacu dan menghantam pagar pembatas sebelum akhirnya menabrak sebuah bangunan di tepi luar bandara.
Kecelakaan ini sendiri menyebabkan kerusakan parah pada bagian badan pesawat, terutama bagian lambung, yang kemudian memicu kebakaran hebat pada pesawat.
Otoritas Bandara Muan menyatakan bahwa kecelakaan tersebut kemungkinan besar dipicu oleh kegagalan fungsi roda pendaratan.
Berdasarkan laporan awal, roda pendaratan pesawat diduga tidak berfungsi dengan baik saat pendaratan darurat dilakukan.
Beberapa saksi mata melaporkan bahwa roda pesawat terlihat tidak aktif sebelum menyentuh landasan.
Sementara itu, muncul spekulasi bahwa kegagalan roda pendaratan mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan burung yang terjadi selama penerbangan.
Meski demikian, penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang.
Kondisi di lokasi kejadian sangat mengerikan. Tim evakuasi yang tiba di lokasi menemukan sebagian besar badan pesawat telah hancur berantakan, dengan puing-puing berserakan di sekitar tempat kecelakaan.
Api yang berkobar cepat dan besar membuat proses evakuasi menjadi semakin menyulitkan.
Insiden ini menjadi salah satu tragedi penerbangan terburuk di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Jeju Air, maskapai yang dikenal sebagai salah satu operator penerbangan berbiaya rendah di kawasan Asia Timur, kini menghadapi sorotan tajam terkait prosedur keselamatan mereka.
Hingga berita ini diturunkan, tim penyelidik dari berbagai lembaga, termasuk otoritas penerbangan Korea Selatan dan pakar internasional, telah diterjunkan untuk mengumpulkan bukti dan menganalisis penyebab utama kecelakaan.
Fokus utama mereka adalah memeriksa kondisi teknis pesawat, termasuk sistem roda pendaratan dan mesin, serta meninjau catatan komunikasi terakhir antara pilot dan menara pengawas.
Kecelakaan ini juga memunculkan kembali perdebatan mengenai pentingnya peningkatan standar keselamatan penerbangan, terutama bagi maskapai berbiaya rendah yang sering kali menghadapi tekanan untuk menekan biaya operasional.
Banyak pihak menyerukan agar investigasi dilakukan secara transparan dan menyeluruh guna mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.
Peristiwa ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban, sekaligus menjadi pengingat bahwa keselamatan penerbangan harus selalu menjadi prioritas utama.
Dunia penerbangan kini menantikan hasil investigasi yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas penyebab kecelakaan yang merenggut begitu banyak nyawa ini.***