SwaraWarta.co.id – Dari mancanegara, media pemerintah Rusia, TASS, baru-baru ini mengabarkan bahwa Presiden Suriah, Bashar Al Assad, bersama anggota keluarganya, saat ini berada di Moskow.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber di Kremlin, TASS menyebutkan bahwa mereka telah diberikan suaka oleh Rusia atas dasar kemanusiaan.
Dalam laporan yang dikutip oleh Sky News pada Minggu (8/12/2024), sumber tersebut mengonfirmasi kedatangan Assad dan keluarganya di ibu kota Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut sumber tersebut, pemerintah Rusia kini tengah berupaya menghubungi perwakilan kelompok oposisi bersenjata Suriah.
Para pemimpin oposisi tersebut dilaporkan telah memberikan jaminan terkait keamanan pangkalan militer Rusia dan sejumlah fasilitas diplomatik di Suriah.
TASS juga menambahkan bahwa keberadaan Assad sebelumnya tidak diketahui, setelah laporan yang menyebutkan bahwa ia melarikan diri dari Damaskus sebelum pemberontak tiba di ibu kota pada pagi hari.
Sebelumnya, para pemberontak dilaporkan telah merebut kantor pusat media negara, televisi dan radio, yang kemudian digunakan untuk menyebarkan pengumuman mengenai berakhirnya rezim Assad.
Oposisi juga berhasil membebaskan sejumlah besar tahanan dari Penjara Sednaya yang terletak tidak jauh dari ibu kota Suriah.
Kejadian tersebut disusul dengan kekacauan di Bandara Internasional Damaskus, di mana banyak warga berusaha melarikan diri dari serangan pemberontak yang semakin mendekat.
Pada 7 Desember, pasukan oposisi dikabarkan mengepung Damaskus sepanjang hari, memulai serangan dari beberapa permukiman seperti Maadamiyah, Jaramana, dan Daraya.
Mereka juga berhasil merebut kota Homs, sebuah wilayah strategis yang membuat Assad kesulitan untuk mengakses pantai Mediterania serta pangkalan militer utama Rusia di wilayah tersebut.
Dalam situasi tersebut, pasukan rezim Assad tampak tidak dapat mengimbangi serangan cepat dari pemberontak yang terus maju.
Pihak Rusia, yang selama ini menjadi sekutu dekat Assad, telah mengonfirmasi bahwa Presiden Suriah itu telah meninggalkan negara asalnya, meskipun lokasi pastinya tidak diungkapkan.
Moscow juga belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai apakah pihak Rusia memberikan perlindungan kepada Assad setelah pelariannya.
Kepergian Assad terjadi kurang dari dua minggu setelah pasukan pemberontak melancarkan serangan besar-besaran pada akhir bulan November,
yang berhasil merebut beberapa kota besar di Suriah, menandai kembalinya ketegangan dan kekacauan yang sebelumnya sempat mereda dalam perang saudara Suriah yang telah berlangsung hampir satu dekade.
Dengan kaburnya Assad, situasi di Suriah semakin tidak menentu, mengingat keberadaan presiden yang sebelumnya memegang kendali penuh atas negara itu kini menjadi tanda tanya besar.
Meskipun demikian, laporan-laporan mengenai kondisi ini terus berkembang, dan dunia internasional terus memantau langkah-langkah yang akan diambil oleh Rusia, sebagai sekutu utama Assad, dalam menangani situasi yang semakin kompleks ini.***