SwaraWarta.co.id – Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, menegaskan pentingnya peningkatan literasi digital bagi perempuan guna memperkuat kemampuan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam Diskusi Publik RRI bertema Peran Perempuan di Lembaga Penyiaran yang digelar di Bandarlampung, Selasa.
Menurut Chusnunia, pandemi COVID-19 membawa perubahan besar dalam pemanfaatan teknologi. Banyak orang kini lebih aktif berselancar di dunia digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Berdasarkan perkembangan internet, semua berubah setelah pandemi COVID-19, makin banyak yang berselancar di dunia digital, pergeseran dan penyebarluasan informasi semakin deras, sehingga ini mendorong masyarakat lebih cepat beradaptasi menggunakan teknologi dengan baik,” ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim dalam Diskusi Publik RRI Peran Perempuan di Lembaga Penyiaran di Bandarlampung, Selasa.
Namun, ia mengungkapkan bahwa akses digital bagi perempuan masih belum merata, terutama di wilayah pedesaan. Selain itu, perempuan sering kali kesulitan meluangkan waktu untuk mempelajari teknologi digital karena banyaknya tanggung jawab keluarga.
Chusnunia menjelaskan bahwa kesenjangan akses teknologi masih menjadi tantangan besar, terutama bagi perempuan di daerah terpencil.
“Kesenjangan teknologi dan akses digital bagi perempuan masih terjadi dan belum maksimal teratasi, misalkan di pedesaan. Kemudian masih minimnya literasi digital, lalu terkait juga dengan waktu, perempuan banyak menghabiskan waktu untuk mengurus keluarga jadi mereka tidak dapat waktu untuk literasi digital dengan baik dan ini yang harus kembali didorong,” katanya.
Padahal, saat ini banyak kegiatan, seperti jual beli, yang mengandalkan teknologi digital seperti lokapasar (marketplace) dan internet. Oleh karena itu, literasi digital menjadi penting agar perempuan dapat memanfaatkan teknologi dengan baik.
Selain mendorong literasi digital, pemerintah juga berupaya mempercepat pemerataan akses internet di seluruh Indonesia.
Salah satu langkahnya adalah mengurangi area tanpa sinyal (blank spot) agar lebih banyak masyarakat, termasuk perempuan, bisa terhubung dengan internet.
“Jadi penting juga wanita dapat akses literasi digital yang baik. Saat ini masih banyak perempuan yang enggan menggunakan teknologi, contohnya pelaku UMKM perempuan karena tidak paham internet, karena rendahnya literasi digital, mereka tidak memasarkan produknya secara daring,” ucap dia.
Dengan meningkatnya literasi digital bagi perempuan, diharapkan kemampuan SDM Indonesia dapat terus berkembang dan setara dalam memanfaatkan teknologi.