SwaraWarta.co.id – Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, menegaskan tiga langkah utama untuk menangani dampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Sukabumi.
Langkah pertama adalah fokus pada evakuasi warga untuk memastikan keselamatan mereka.
“Pertama fokus pada evakuasi warga, kemudian fokus pada akses yang terputus oleh longsor, karena ada beberapa jembatan dan jalan yang putus,” kata Bey di Palabuhanratu, Sukabumi usai meninjau beberapa lokasi terdampak bencana, Kamis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya, pemerintah akan memprioritaskan pemulihan akses yang terputus akibat longsor, termasuk jembatan dan jalan.
Langkah terakhir adalah penyaluran bantuan dan logistik ke daerah-daerah yang terisolasi.
Bey menjelaskan bahwa untuk wilayah yang sulit dijangkau, distribusi bantuan dapat dilakukan melalui jalur laut menggunakan kapal.
Untuk mempercepat dan mengoordinasikan bantuan, Pemprov Jabar bersama BNPB sepakat mendirikan posko utama di Palabuhanratu, ibu kota Kabupaten Sukabumi.
Bey menekankan pentingnya posko ini agar semua bantuan dapat terorganisasi dengan baik. Ia menyebut langkah ini sebagai pelajaran dari pengalaman penanganan bencana sebelumnya.
Meskipun banjir bandang susulan tidak lagi terjadi, keselamatan warga tetap menjadi prioritas utama.
Saat ini, warga yang terdampak diminta tinggal di pengungsian sambil menunggu hasil kajian dari PVMBG mengenai pergerakan tanah di Kecamatan Cikembar. Jika lokasi dinilai tidak aman untuk dihuni, warga akan direlokasi.
Pemerintah sedang mempertimbangkan status tanggap darurat. Jika status ini diberlakukan, aturan BNPB memungkinkan penggantian kerusakan rumah.
“Kalau (ditetapkan) tanggap darurat, sesuai aturan BNPB, yang rusak berat diganti Rp50 juta, sedang Rp30 juta, rusak ringan Rp10 juta, dengan melewati proses asesmen,” tuturnya.
Bey meminta pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk terus mengingatkan warga, terutama yang tinggal di bantaran sungai, agar waspada.
Hal ini penting karena puncak musim hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan terjadi pada Januari 2025.
Bencana ini juga menyebabkan terputusnya pasokan listrik untuk 138.000 rumah dan bangunan, yang menghambat komunikasi dan pendataan korban.
Saat ini, PLN telah memulihkan pasokan listrik untuk 57.000 pelanggan, meskipun beberapa wilayah masih belum terjangkau karena akses jalan yang rusak.
“Yang tidak bisa tersambungkan karena ada jalan yang tidak bisa ditempuh oleh PLN. Jadi data memang agak terhambat, kami akan update lewat Posko Utama Palabuhanratu,” tuturnya
Bey mengunjungi beberapa lokasi terdampak bencana, termasuk Desa Sukamaju di Kecamatan Cikembar yang mengalami kerusakan paling parah, Puskesmas Palabuhanratu, Dermaga Palabuhanratu, dan Jembatan Cihaur yang putus.
Ia menegaskan bahwa informasi terkait situasi akan terus diperbarui melalui Posko Utama di Palabuhanratu, dengan prioritas utama tetap pada keselamatan warga.