SwaraWarta.co.id – Disebutkan, Polisi menegaskan bahwa alasan anak berinisial MAS (14) melakukan tindakan tragis terhadap ayahnya, APW, dan neneknya, RM, bukan karena dipaksa untuk belajar, meskipun isu tersebut sempat beredar luas di masyarakat.
Menurut keterangan AKP Nurma Dewi, Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, MAS mengaku tidak merasa tertekan saat belajar.
Penjelasan ini didapat setelah kondisi anak tersebut mulai stabil dan ceria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nurma menyampaikan bahwa, meskipun ada dorongan dari orang tuanya untuk belajar, MAS menyatakan dirinya menikmati proses belajar tersebut.
Anak tersebut juga mengungkapkan bahwa kegiatan belajar justru menjadi cara baginya untuk meningkatkan pengetahuan.
Dalam pandangannya, belajar adalah kunci untuk menjadi pintar, sehingga ia melakukannya dengan kesadaran dan kesenangan, bukan karena paksaan.
Polisi turut memeriksa ponsel MAS yang menjadi salah satu barang bukti dalam kasus ini.
Dari hasil pemeriksaan, penyidik tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan atau indikasi motif lain.
Ponsel tersebut hanya menunjukkan bahwa MAS sering mengakses materi pelajaran.
MAS juga dikabarkan terus mempertanyakan kondisi ayah, ibu, dan neneknya kepada polisi.
Dengan hati-hati, penyidik akhirnya menyampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, anak tersebut akhirnya dapat menerima kenyataan dan menyatakan penyesalannya.
Melalui pihak kepolisian, MAS menitipkan permohonan maaf kepada ibunya, yang juga menjadi korban dalam peristiwa tragis ini.
Ia berjanji akan terus mendoakan kesembuhan sang ibu.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu dini hari, 30 November 2024, sekitar pukul 01.00 WIB, di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Dalam insiden tersebut, MAS diduga telah membunuh ayahnya beserta neneknya juga melukai ibunya, AP.
Seorang saksi yang merupakan petugas keamanan di perumahan tersebut, berinisial AP, mengungkapkan bahwa dirinya melihat MAS berjalan cepat meninggalkan lokasi kejadian.
Sebelumnya, petugas keamanan itu telah menerima laporan terkait pembunuhan di rumah korban. Karena merasa curiga, saksi kemudian memanggil MAS.
Hingga kini, polisi masih terus mendalami kasus ini untuk memastikan motif utama di balik tindakan anak tersebut.
Meski tidak ada tanda-tanda tekanan atau masalah dari kebiasaan belajarnya, penyelidikan menyeluruh tetap dilakukan guna mengungkap kebenaran sepenuhnya.
Kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental anak, meskipun tampaknya tidak ada tekanan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan keluarga, kebiasaan yang diterapkan, dan hubungan emosional dalam keluarga tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan secara serius.
MAS kini berada di bawah pengawasan kepolisian untuk memastikan keselamatannya dan mendalami penyebab tindakan yang dilakukannya.
Pihak kepolisian juga berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada ibu dari MAS yang masih dalam proses pemulihan akibat luka-luka yang dideritanya.
Dengan kejadian ini, masyarakat diharapkan dapat lebih peka terhadap kondisi psikologis anak dan memastikan komunikasi yang baik dalam keluarga agar kejadian serupa tidak terulang kembali.***