SwaraWarta.co.id – Dari lantai bursa, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini dimulai dengan optimisme, ditandai oleh penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona hijau pada level 7.065.
Namun, Tim Analis Phillip Sekuritas Indonesia memprediksi IHSG akan mengalami tekanan bearish.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka memperkirakan indeks akan bergerak dalam rentang support di 6.930 dan resistance di 7.200.
Minimnya aktivitas perdagangan global akibat libur Natal dan Tahun Baru menjadi salah satu faktor yang membuat pergerakan pasar relatif sepi.
Di kawasan Asia, bursa saham menunjukkan pergerakan yang bervariasi, dengan sebagian mengalami kenaikan sementara lainnya melemah.
Menurut Tim Analis Phillip Sekuritas, pelaku pasar masih menunggu sejumlah data ekonomi penting dari berbagai negara.
Dari Jepang, data yang menjadi perhatian meliputi penjualan ritel, inflasi Tokyo, produksi industri, dan tingkat pengangguran.
Sementara itu, dari Tiongkok, data Industrial Profits menjadi fokus utama.
Di Indonesia, data Neraca Perdagangan menjadi sorotan, sedangkan India akan merilis data cadangan devisa.
Selain data ekonomi, tingkat imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat juga menjadi faktor yang memengaruhi sentimen pasar.
Yield surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun tercatat turun 1 basis poin (bps) menjadi 4,58 persen.
“Yield US Treasury note 10 tahun telah meningkat lebih dari 40 bps sepanjang bulan ini, terutama setelah bank sentral AS merevisi proyeksi pemangkasan suku bunga di tahun 2025,” jelas Tim Analis Phillip Sekuritas.
Federal Reserve (The Fed) memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga pada tahun depan hanya akan dilakukan dua kali, lebih sedikit dibandingkan empat kali yang sebelumnya diproyeksikan pada September.
Data pasar tenaga kerja AS yang dirilis semalam memperkuat pandangan hawkish The Fed.
Klaim awal tunjangan pengangguran menunjukkan penurunan sebesar 1.000 menjadi 219.000 pada pekan lalu, bertolak belakang dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 224.000.
Data ini mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat menjelang tahun 2025.
Solidnya data ini sejalan dengan pandangan The Fed yang memprioritaskan pengendalian inflasi dibandingkan risiko perlambatan pasar tenaga kerja.
Menurut The Fed, inflasi saat ini masih menjadi ancaman utama bagi perekonomian AS.
Dikarenakan oleh permasalahan tersebut, kebijakan moneter yang ketat dianggap perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Dengan berbagai sentimen global yang beragam, IHSG diperkirakan akan menghadapi tantangan dalam beberapa waktu ke depan.
Minimnya aktivitas perdagangan akibat libur akhir tahun, ditambah dengan pengaruh data ekonomi global dan pergerakan yield obligasi AS, menjadi faktor yang perlu dicermati oleh para investor.
Tim Analis Phillip Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk tetap waspada dan memperhatikan perkembangan data ekonomi serta kebijakan moneter global yang dapat memengaruhi arah pergerakan IHSG.
Meskipun IHSG dibuka menguat hari ini, potensi tekanan bearish masih cukup besar hingga akhir pekan.***