SwaraWarta.co.id – Dari mancanegara, kelompok Houthi di Yaman, yang dikenal mendapat dukungan dari Iran, mengeluarkan ancaman terhadap kepentingan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.
Peringatan ini disampaikan oleh Mohammed Ali al-Houthi, salah satu anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi, melalui sebuah video yang diunggah di platform X pada Selasa, 24 Desember 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam video tersebut, al-Houthi menegaskan bahwa pihaknya tidak akan segan untuk menyerang aset-aset penting milik AS di wilayah tersebut jika serangan terhadap Yaman terus berlangsung.
Ia juga menyoroti keterlibatan Amerika dalam konflik di kawasan, khususnya di Gaza dan Yaman.
Menurutnya, serangan terhadap kedua wilayah tersebut harus dihentikan, atau pihak Houthi akan mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk menunjukkan sikap mereka.
Ancaman ini muncul di tengah klaim Houthi bahwa mereka telah berhasil menembak jatuh sebuah jet tempur F-18 milik AS.
Kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu, tanggal 22 Desember 2024 yang lalu, terjadi di Laut Merah.
Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan itu dilakukan dengan menggunakan delapan rudal jelajah dan 17 drone, yang diarahkan langsung ke kapal induk AS.
Jet tempur tersebut dikabarkan jatuh ketika kapal perusak AS mencoba mencegat serangan tersebut.
Namun, Komando Pusat AS (CENTCOM) memberikan pernyataan berbeda terkait insiden itu.
Mereka menyebutkan bahwa jet tempur F/A-18 milik Angkatan Laut AS jatuh akibat kesalahan dari pihak mereka sendiri, bukan karena serangan langsung dari Houthi.
Sementara itu, situasi di Yaman semakin memanas dengan adanya serangan udara yang dilancarkan oleh pesawat tempur Israel.
Kemudian, pada hari Kamis yang lalu, Israel telah melancarkan serangan ke kota pelabuhan Al-Hudaydah dan juga ibu kota Sanaa.
Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas serangan drone dan rudal yang diluncurkan oleh Houthi.
Gelombang serangan udara dari Israel ini bukanlah yang pertama. Sejak Juli 2024, Tel Aviv telah melancarkan serangkaian serangan terhadap lokasi-lokasi yang dikuasai Houthi di Yaman.
Houthi sendiri mengklaim bahwa aksi mereka, termasuk penargetan kapal-kapal kargo yang terkait dengan Israel di Laut Merah, adalah bentuk dukungan terhadap Gaza.
Mereka menyatakan solidaritasnya terhadap rakyat Gaza yang menjadi korban konflik berkepanjangan dengan Israel.
Di Gaza, situasi kemanusiaan semakin memburuk. Lebih dari 45.200 orang dilaporkan tewas akibat konflik yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Houthi menyebut serangan mereka sebagai upaya untuk menekan Israel dan menghentikan apa yang mereka sebut sebagai “perang genosida” terhadap rakyat Palestina.
Ketegangan yang melibatkan Houthi, AS, dan Israel ini menunjukkan kompleksitas konflik di Timur Tengah.
Dengan ancaman yang terus meningkat dari berbagai pihak, kawasan ini menghadapi risiko eskalasi yang lebih besar.***