Hati-Hati! Penggunaan Rutin Paracetamol pada Lansia Tingkatkan Risiko Komplikasi Serius

- Redaksi

Monday, 16 December 2024 - 22:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

SwaraWarta.co.id – Diberitakan bahwa sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan paracetamol secara rutin pada lansia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, termasuk masalah pada saluran pencernaan, jantung, dan ginjal.

Penelitian ini dipublikasikan dalam Arthritis Care and Research dan melibatkan analisis terhadap efek jangka panjang obat tersebut dalam mengelola nyeri kronis, khususnya pada penderita osteoartritis.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut laporan Medical Daily pada Senin (16/12), paracetamol atau asetaminofen umumnya digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat.

Selain itu, obat ini sering kali menjadi bahan campuran dalam obat flu, pilek, dan alergi. Karena mudah diperoleh tanpa resep dokter, paracetamol kerap dianggap sebagai solusi aman.

Namun, penelitian ini menegaskan bahwa mengonsumsi paracetamol dalam jumlah berlebihan, yakni lebih dari empat gram per hari, dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan tubuh.

Baca Juga :  Kedutan Tangan Kanan Menurut Islam Artinya Apa? Ini Jawabnya!

Studi ini melibatkan lebih dari 180.000 lansia berusia 65 tahun ke atas yang mendapatkan resep paracetamol secara berulang, yaitu setidaknya dua kali dalam periode enam bulan.

Kelompok ini dibandingkan dengan sekitar 400.000 lansia lainnya yang tidak pernah menerima resep paracetamol secara rutin.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko berbagai komplikasi serius pada kelompok yang rutin mengonsumsi obat ini.

Risiko pendarahan akibat tukak lambung ditemukan meningkat hingga 24 persen, sementara tukak lambung tanpa komplikasi naik sebesar 20 persen.

Selain itu, pendarahan pada saluran cerna bagian bawah tercatat meningkat hingga 36 persen.

Tidak hanya itu, risiko gagal jantung juga bertambah sebesar sembilan persen, hipertensi naik tujuh persen, dan penyakit ginjal kronis meningkat hingga 19 persen.

Baca Juga :  PAFI Tulungagung: Membangun Profesionalisme dan Kompetensi Tenaga Farmasi di Tulungagung

Para peneliti mengungkapkan bahwa paracetamol telah lama direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk mengatasi nyeri osteoartritis, terutama pada lansia yang lebih rentan terhadap efek samping obat.

Namun, hasil studi ini menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan jangka panjang dari penggunaan obat tersebut.

Profesor Weiya Zhang, salah satu peneliti utama, menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap paracetamol sebagai obat yang aman mungkin perlu ditinjau kembali.

Ia menekankan bahwa meskipun obat ini sering dianggap sebagai pilihan terbaik untuk nyeri kronis pada lansia, efektivitasnya dalam meredakan nyeri sebenarnya cukup terbatas.

Oleh karena itu, penggunaan paracetamol secara rutin sebaiknya dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama bagi penderita osteoartritis yang membutuhkan pengelolaan nyeri jangka panjang.

Selain itu, penelitian ini juga menyoroti tantangan dalam melacak jumlah total asetaminofen yang dikonsumsi, terutama karena obat ini sering kali terdapat dalam berbagai produk kombinasi untuk pilek, flu, atau alergi.

Baca Juga :  Cara Menghitung Indeks Massa Tubuh: Panduan Lengkap untuk Mengetahui Status Kesehatan Anda

Hal ini membuat banyak orang secara tidak sadar melebihi dosis harian yang aman, yang pada akhirnya meningkatkan risiko komplikasi kesehatan.

Para peneliti merekomendasikan perlunya penelitian lanjutan untuk mengonfirmasi temuan ini. Namun, hasil awal ini cukup untuk menjadi peringatan bagi praktisi medis dan masyarakat umum.

Pendekatan yang lebih hati-hati dalam meresepkan dan mengonsumsi paracetamol, terutama pada lansia, dapat membantu mengurangi risiko komplikasi serius.

Dengan meningkatnya kesadaran akan risiko ini, para ahli menyarankan agar pasien dan dokter bersama-sama mengevaluasi manfaat dan risiko penggunaan paracetamol.

Pendekatan alternatif untuk manajemen nyeri, seperti terapi fisik atau obat lain yang lebih aman, mungkin perlu dipertimbangkan untuk melindungi kesehatan jangka panjang pasien lansia.***

Berita Terkait

Massa Aksi Indonesia Gelap Long March ke Patung Kuda, Diiringi Lagu Bayar, Bayar, Bayar
Napoli Terancam Pengurangan Poin? Inter, Atlanta dan Juventus Siap Bersaing Merebut Tahta Serie A
Hari Peduli Sampah Nasional 2025: Saatnya Aksi Nyata untuk Bumi Lestari
Hasto Ditahan KPK, Megawati Soekarnoputri Minta Kepala Daerah PDIP Tak Ikut Retret di Magelang
Appel Lunasi hingga Rp 163,3 M, DPR Beri Apresiasi
Mengenal Sosok Prof Brian Yuliarto Guru Besar di ITB, Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka, Nikita Mirzani dan Mail Siap Hadapi Dokter Reza Gladys
Hasto Kristiyanto Ditetapkan Tersangka, Ini Katanya

Berita Terkait

Friday, 21 February 2025 - 16:36 WIB

Massa Aksi Indonesia Gelap Long March ke Patung Kuda, Diiringi Lagu Bayar, Bayar, Bayar

Friday, 21 February 2025 - 15:21 WIB

Napoli Terancam Pengurangan Poin? Inter, Atlanta dan Juventus Siap Bersaing Merebut Tahta Serie A

Friday, 21 February 2025 - 15:12 WIB

Hari Peduli Sampah Nasional 2025: Saatnya Aksi Nyata untuk Bumi Lestari

Friday, 21 February 2025 - 13:27 WIB

Hasto Ditahan KPK, Megawati Soekarnoputri Minta Kepala Daerah PDIP Tak Ikut Retret di Magelang

Friday, 21 February 2025 - 13:19 WIB

Appel Lunasi hingga Rp 163,3 M, DPR Beri Apresiasi

Berita Terbaru