SwaraWarta.co.id – Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia, terutama di era digital seperti saat ini. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memungkinkan manusia mengakses informasi dengan cepat, meningkatkan efisiensi pekerjaan, dan membangun konektivitas global.
Namun, seperti dua sisi mata uang, penggunaan IPTEKS juga memiliki dampak negatif, terutama ketika teknologi disalahgunakan atau digunakan secara tidak bijak. Di Indonesia, berbagai contoh kasus penyimpangan penggunaan teknologi telah mencuat, yang membawa dampak buruk bagi masyarakat secara luas. Artikel ini akan membahas salah satu kasus penyimpangan tersebut, dampaknya, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya.
Pertanyaan:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ibarat keping uang logam yang memiliki dua sisi yang berbeda, dampak ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Seperti kita ketahui, teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia untuk mempermudah segala aktivitas dan kegiatannya. Bukan berarti kecanggihan teknologi itu selalu mendatangkan manfaat dan dampak positif saja bagi kehidupan manusia, akan tetapi tidak sedikit yang justru berdampak negatif dan merugikan manusia jika tidak digunakan dengan tepat. Dalam pembahasan tentang dampak negatif ini, Anda harus melihat dengan lebih peka mana yang disengaja berdampak negatif dan mana yang tidak disengaja berdampak negatif atau memang efek samping (tidak dapat dihindari) dari teknologi itu sendiri.
Diskusikan mengenai beberapa hal berikut ini:
1. Berikan satu contoh adanya penyimpangan (dampak negatif) penggunaan IPTEKS yang terjadi di Indonesia ! Jelaskan !
Jawaban:
Penyimpangan Penggunaan IPTEKS di Indonesia
Salah satu contoh penyimpangan dalam penggunaan IPTEKS di Indonesia adalah penyebaran berita hoaks (berita palsu) melalui media sosial.
1. Kronologi dan Karakteristik Penyimpangan
Berita hoaks adalah informasi palsu yang disebarkan dengan tujuan tertentu, seperti:
- Menyebarkan kebencian.
- Memprovokasi masyarakat.
- Meraup keuntungan ekonomi, seperti iklan pada situs penyebar hoaks.
Di Indonesia, kasus penyebaran hoaks meningkat pesat seiring dengan penggunaan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Twitter. Contohnya, selama masa pemilu, banyak berita palsu beredar untuk menjatuhkan lawan politik atau mempengaruhi opini masyarakat.
Dampak Negatif Penyimpangan IPTEKS
Penyebaran hoaks memiliki dampak serius bagi masyarakat, baik secara sosial, ekonomi, maupun psikologis.
1. Merusak Keharmonisan Sosial
Hoaks sering kali berisi provokasi yang dapat memecah belah masyarakat, seperti:
- Memunculkan konflik antar kelompok.
- Menyebarkan ujaran kebencian berbasis SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
2. Mengurangi Kepercayaan pada Informasi
Masyarakat menjadi sulit membedakan mana informasi yang benar dan salah, sehingga:
- Kepercayaan terhadap media resmi menurun.
- Penyebaran informasi penting, seperti terkait kesehatan atau bencana, terganggu.
3. Kerugian Ekonomi
Hoaks juga berdampak pada sektor ekonomi, misalnya:
- Berita palsu tentang produk tertentu dapat menurunkan penjualan atau merusak reputasi perusahaan.
- Penipuan online melalui berita hoaks mengakibatkan kerugian finansial bagi individu atau perusahaan.
4. Gangguan Psikologis
Paparan berita palsu dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan, seperti pada kasus hoaks tentang kesehatan (misalnya, informasi palsu tentang pandemi COVID-19).
Solusi untuk Mengatasi Penyimpangan Penggunaan IPTEKS
Untuk mengatasi dampak negatif penyebaran hoaks, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat.
1. Edukasi Literasi Digital
Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program literasi digital untuk:
- Membantu masyarakat mengenali ciri-ciri hoaks.
- Mengajarkan cara memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
2. Penegakan Hukum yang Tegas
Pemerintah perlu menegakkan hukum berdasarkan:
- Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) untuk menindak pelaku penyebaran hoaks.
- Kerja sama dengan platform digital untuk menghapus konten palsu.
3. Teknologi Deteksi Hoaks
Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi berita palsu sebelum tersebar luas. Beberapa platform media sosial telah menerapkan ini, namun perlu ditingkatkan.
4. Kolaborasi Antar Pihak
Melibatkan pemerintah, swasta, media, dan masyarakat untuk:
- Menyediakan informasi resmi yang mudah diakses.
- Mendorong kampanye anti-hoaks secara luas.
Kesimpulan
Penyimpangan penggunaan IPTEKS, seperti penyebaran berita hoaks, adalah tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia di era digital. Dampaknya sangat merugikan masyarakat, mulai dari konflik sosial hingga kerugian ekonomi. Solusi seperti edukasi literasi digital, penegakan hukum, dan penggunaan teknologi cerdas dapat membantu mengurangi penyebaran hoaks dan dampak negatifnya.
Dengan kerja sama semua pihak, IPTEKS dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik, tanpa harus membawa dampak negatif yang merugikan.